Mengenal Lebih Dekat Kuliner Lawar, Hidangan Khas Bali yang Penuh Makna

Selasa 01-07-2025,10:12 WIB
Reporter : Dahlia
Editor : Rhyca

PALPOS.ID - Bali, dengan segala keindahan alamnya, tak hanya terkenal dengan pantai-pantainya yang memukau, tetapi juga dengan kekayaan kuliner yang menggugah selera.

Salah satu hidangan khas Bali yang memiliki nilai budaya tinggi adalah lawar.

Makanan tradisional ini memiliki sejarah panjang dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Bali, terutama dalam acara-acara adat dan perayaan.

 

Lawar adalah hidangan yang terbuat dari campuran sayuran, kelapa parut, rempah-rempah, serta bahan utama berupa daging, baik itu daging sapi, ayam, maupun babi.

BACA JUGA:Nasi Tutug Oncom, Kuliner Tradisional Khas Sunda yang Tetap Bertahan di Tengah Modernisasi

BACA JUGA:Karedok, Warisan Kuliner Sunda yang Tetap Lestari di Tengah Arus Modernisasi

Namun, tidak jarang pula lawar dibuat tanpa daging bagi mereka yang vegetarian, dengan menggantinya menggunakan tempe atau tahu.

Kelezatan lawar terletak pada perpaduan bahan-bahan alami yang digunakan serta bumbu khas Bali yang sangat kaya dan beragam.

 

Selain bahan-bahan dasar tersebut, lawar juga biasanya menggunakan darah hewan sebagai salah satu komponen penting.

Ini memberikan cita rasa khas yang membedakan lawar dengan hidangan tradisional lainnya.

BACA JUGA: Nasi Liwet, Sajian Tradisional yang Tetap Menjadi Primadona di Tengah Gempuran Kuliner Modern

BACA JUGA:Keripik Singkong Balado : Camilan Tradisional yang Menggugah Selera

Bagi masyarakat Bali, lawar bukan sekadar makanan, tetapi juga simbol dari keseimbangan dan keharmonisan antara manusia dengan alam serta Tuhan.

 

Lawar sudah dikenal sejak zaman dahulu dan menjadi bagian integral dari ritual adat Bali.

Makanan ini sering kali disajikan dalam upacara-upacara keagamaan dan adat seperti ngaben (upacara pembakaran mayat), tumpek landep (upacara pemujaan terhadap senjata), atau odalan (ulang tahun pura).

Dalam konteks ini, lawar memiliki makna sebagai persembahan kepada leluhur, sebagai simbol rasa syukur atas hasil bumi, serta sebagai alat untuk mempererat hubungan sosial dalam masyarakat.

BACA JUGA:Jamur Crispy, Camilan Sehat dan Gurih yang Makin Digemari Masyarakat

BACA JUGA:Sempol Ayam : Camilan Tradisional yang Kian Digemari Masyarakat

 

Menurut beberapa sumber sejarah, asal-usul lawar dapat ditelusuri ke masa-masa awal peradaban Bali.

Pada awalnya, lawar dipersiapkan dengan cara yang sederhana, menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar rumah.

Namun, seiring berjalannya waktu, lawar berkembang menjadi hidangan yang lebih kompleks, dengan tambahan berbagai rempah-rempah yang semakin memperkaya rasa.

 

Proses pembuatan lawar sangat bergantung pada jenis lawar yang akan disajikan.

Untuk lawar dengan daging, misalnya, daging hewan pilihan akan dipotong kecil-kecil dan dimasak bersama bumbu-bumbu khas Bali seperti bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, lengkuas, dan cabe merah.

Kemudian, kelapa parut yang sudah dipanggang akan ditambahkan untuk memberikan tekstur dan rasa gurih pada lawar.

 

Ada pula lawar yang menggunakan bahan-bahan sayuran segar, seperti kacang panjang, daun singkong, atau daun kelor, yang diolah bersama bumbu dan kelapa parut.

Sementara itu, penggunaan darah hewan, yang dikenal dengan sebutan lawar darah, memberi rasa unik dan memberi warna merah pada hidangan tersebut.

Biasanya, darah yang digunakan adalah darah babi atau ayam yang dicampurkan dengan bumbu-bumbu, menciptakan rasa yang kuat dan penuh cita rasa.

 

Salah satu ciri khas dari lawar adalah penggunaan sambal matah sebagai pelengkap.

Sambal matah, yang terbuat dari irisan bawang merah, cabai rawit, serai, dan minyak kelapa, memberikan sensasi pedas dan segar yang sangat cocok dengan rasa lawar yang kaya dan gurih.

 

Di luar acara adat, lawar juga sering disantap sebagai menu sehari-hari oleh masyarakat Bali.

Biasanya, lawar disajikan sebagai lauk pendamping nasi, bersama dengan sambal dan lauk lainnya seperti ayam betutu atau sate lilit.

Banyak rumah makan di Bali yang menyajikan lawar sebagai hidangan utama, baik untuk sarapan, makan siang, atau makan malam.

Bahkan, ada warung makan yang khusus menyediakan berbagai varian lawar dengan resep turun-temurun yang terjaga keasliannya.

 

Bagi wisatawan yang berkunjung ke Bali, mencicipi lawar adalah pengalaman kuliner yang wajib dilakukan.

Di berbagai pasar tradisional, wisatawan dapat menemukan berbagai jenis lawar yang siap untuk dinikmati, dan merasakan langsung cita rasa Bali yang khas.

Tidak hanya sebagai kuliner, lawar juga menjadi simbol keramahan dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Bali.

 

Meski terikat erat dengan tradisi, lawar juga mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman.

Beberapa restoran modern di Bali mulai mengembangkan variasi lawar, menggabungkan bahan-bahan internasional dan memperkenalkan konsep lawar dengan twist yang lebih inovatif.

Misalnya, lawar yang disajikan dengan bahan-bahan organik atau lawar vegetarian yang menggantikan daging dengan bahan-bahan nabati.

 

Namun, meskipun banyak inovasi yang muncul, lawar tetap menjaga esensinya sebagai makanan tradisional Bali.

Beberapa generasi muda Bali juga berusaha untuk melestarikan resep lawar asli dan mempertahankan cara pembuatannya yang turun-temurun.

Ini adalah bagian dari upaya mereka untuk mempertahankan warisan budaya Bali yang sangat kaya, meskipun dunia terus berkembang.

 

 

 

 

Lawar bukan sekadar makanan khas Bali, melainkan juga cerminan dari filosofi hidup masyarakat Bali yang kental dengan nilai-nilai budaya, agama, dan adat.

Makanan ini mengajarkan kita tentang pentingnya keseimbangan antara manusia dan alam, serta betapa dalamnya hubungan antara makanan dan ritual dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika Anda berkunjung ke Bali, mencicipi lawar bukan hanya soal menikmati rasa yang unik, tetapi juga memahami dan menghargai tradisi yang telah bertahan selama berabad-abad.

Kategori :