Namun dalam beberapa dekade terakhir, konsumsi sagu sempat meredup karena masyarakat lebih memilih beras sebagai makanan pokok.
Kini, seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan makanan sehat dan lokal, sagu mulai kembali diperhitungkan.
“Sagu mengandung indeks glikemik yang lebih rendah dibandingkan nasi, tinggi serat, dan bebas gluten.
Ini sangat cocok bagi penderita diabetes dan orang-orang yang menjalani pola makan rendah karbohidrat,” jelas Ahli Gizi dari IPB University, Rika Marlina, S.Gz.
BACA JUGA:Kuliner Gence Ruan : Menyajikan Rasa Autentik yang Membawa Kenangan Masa Kecil
BACA JUGA:Sate Kere : Kuliner Legendaris dengan Sentuhan Unik dari Kota Solo
Di Ambon, produsen sagu lokal seperti UMKM “Ina Sagu” mulai mengembangkan inovasi produk turunan sagu lempeng.
Tak hanya disajikan dalam bentuk tradisional, kini sagu lempeng tersedia dalam varian rasa seperti kelapa, gula merah, dan bahkan cokelat. Inovasi ini membuat sagu lempeng lebih diminati oleh generasi muda.
“Dulu orang enggan makan sagu lempeng karena teksturnya keras dan rasanya hambar. Tapi sekarang kami kemas dalam bentuk yang lebih menarik dan modern.
Bahkan, kami mulai ekspor ke luar negeri,” kata Lidia Laturake, pemilik UMKM Ina Sagu.
Pemerintah daerah juga turut serta dalam mendorong pengembangan produk sagu.
Program pelatihan olahan sagu untuk masyarakat dan dukungan pemasaran melalui e-commerce menjadi strategi utama untuk mempopulerkan sagu lempeng ke pasar nasional dan internasional.