Sandwich : Makanan Praktis Serba Guna yang Kian Digemari di Era Modern

Sabtu 12-07-2025,07:00 WIB
Reporter : Dahlia
Editor : Rhyca

PALPOS.ID – Di tengah gaya hidup masyarakat yang serba cepat dan dinamis, makanan praktis seperti sandwich semakin digemari oleh berbagai kalangan.

Tak hanya sebagai menu sarapan cepat, kini sandwich juga tampil sebagai pilihan makan siang, camilan sehat, bahkan sajian mewah di berbagai restoran kelas atas.

Sandwich adalah hidangan yang terdiri dari dua atau lebih potongan roti yang menjepit berbagai isian seperti daging, keju, sayuran, telur, atau selai.

Meski terkesan sederhana, sandwich memiliki keragaman yang sangat luas, mulai dari yang klasik seperti BLT (bacon, lettuce, tomato) hingga varian modern seperti vegan avocado sandwich atau Korean bulgogi sandwich.

BACA JUGA:Wafel : Camilan Lezat yang Memikat Hati

BACA JUGA:Bolu Kojo, Kue Khas Palembang yang Kian Populer di Tengah Gempuran Kuliner Modern

Menurut data dari Asosiasi Kuliner Indonesia (AKI), konsumsi sandwich meningkat sebesar 18% dalam tiga tahun terakhir, khususnya di kalangan profesional muda dan pelajar.

Hal ini disebabkan oleh kemudahan dalam penyajian serta fleksibilitas bahan yang digunakan.

Sandwich pertama kali dikenal secara luas pada abad ke-18 di Inggris.

Nama "sandwich" berasal dari John Montagu, Earl of Sandwich ke-4, yang konon meminta pelayan untuk memberinya daging yang dijepit roti agar ia bisa makan tanpa harus meninggalkan meja judi.

BACA JUGA:Nasi Pecel : Kuliner Tradisional yang Tetap Digemari di Tengah Modernisasi

BACA JUGA:Mie Goreng Jawa, Cita Rasa Tradisional yang Tetap Dicintai di Tengah Arus Modernisasi Kuliner

Sejak saat itu, istilah “sandwich” menjadi umum di seluruh dunia.

Dalam perkembangannya, sandwich kemudian menyebar ke berbagai negara dan disesuaikan dengan budaya lokal. Di Amerika Serikat, peanut butter & jelly sandwich menjadi ikon makanan anak-anak.

Di Vietnam, banh mi — sandwich khas dengan isian daging panggang dan acar — mencerminkan perpaduan budaya kolonial Prancis dan lokal.

Di Indonesia sendiri, sandwich mulai populer pada dekade 1980-an, terutama di kalangan urban.

BACA JUGA:Sambal Nanas Khas Palembang, Perpaduan Pedas-Manis yang Menggugah Selera

BACA JUGA:Sensasi Pedas Segar Sambal Lamongan, Cocok Disantap Bareng Ayam Goreng

Belakangan ini, tren sandwich di Indonesia mengalami lonjakan popularitas, terutama dengan hadirnya berbagai kedai kopi, food truck, dan usaha rumahan yang menawarkan varian sandwich kreatif.

Salah satu contohnya adalah "Kopikwich", sebuah kafe di Jakarta Selatan yang menawarkan sandwich dengan isian khas Indonesia seperti rendang, ayam sambal matah, hingga tempe balado.

“Awalnya kami hanya menawarkan sandwich standar seperti tuna mayo atau smoked beef.

Tapi sejak kami mulai bereksperimen dengan isian lokal, penjualan naik drastis,” ujar Rani Nurhaliza, pemilik Kopikwich.

Ia menambahkan bahwa pelanggan menyukai kombinasi rasa Barat dan Nusantara yang unik namun tetap akrab di lidah.

Bahkan beberapa chef ternama juga mulai memasukkan sandwich dalam menu fine dining mereka.

Di Bali, misalnya, Chef Ardianto Rahman menawarkan sandwich truffle wagyu sebagai menu unggulan di restorannya. “Sandwich tidak harus selalu kasual.

Dengan bahan yang premium dan teknik yang tepat, sandwich bisa menjadi sajian mewah,” ujarnya.

Selain praktis dan fleksibel, sandwich juga menjadi pilihan bagi mereka yang mengedepankan gaya hidup sehat.

Banyak gerai yang menawarkan sandwich dengan roti gandum utuh, isian sayur organik, dan tanpa tambahan saus tinggi gula.

Beberapa bahkan menyajikan sandwich bebas gluten atau berbasis nabati, sejalan dengan tren veganisme dan diet rendah karbohidrat.

“Sandwich itu bisa sangat sehat tergantung bahan yang dipakai.

Kami melihat banyak pelanggan yang mencari opsi rendah kalori tapi tetap mengenyangkan,” kata Denny, pemilik “Greenwich”, sebuah outlet sandwich sehat di Bandung.

Dengan modal yang relatif rendah dan kreativitas tinggi, bisnis sandwich dinilai sangat potensial di pasar Indonesia.

Banyak UMKM dan pelaku usaha kuliner rumahan memanfaatkan media sosial untuk memasarkan produk mereka.

Platform seperti Instagram dan TikTok menjadi sarana efektif untuk menampilkan visual sandwich yang menggugah selera.

Tren lain yang juga berkembang adalah “DIY Sandwich Kit”, yakni paket bahan siap rakit yang dikirim ke rumah pelanggan.

Konsep ini memungkinkan konsumen untuk membuat sandwich sendiri sesuai selera, sembari menikmati pengalaman memasak yang menyenangkan.

Pakar kuliner dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Reza Wibisono, mengatakan bahwa keberhasilan sandwich sebagai produk kuliner adalah karena sifatnya yang adaptif.

“Sandwich bisa mengikuti tren diet, selera lokal, bahkan status sosial.

Ini menjadikannya salah satu produk kuliner paling fleksibel di dunia.”

Dari sarapan pagi yang tergesa hingga sajian makan malam berkelas, sandwich telah berevolusi menjadi makanan lintas segmen yang digemari banyak orang.

Dengan terus berkembangnya kreativitas dan inovasi dalam penyajian, sandwich diprediksi akan tetap bertahan dan bahkan semakin dominan dalam lanskap kuliner modern, baik di Indonesia maupun dunia.

Kategori :