“Modal untuk satu porsi Lumpia Bantal cukup kecil, tapi nilainya bisa dua sampai tiga kali lipat. Ini peluang emas untuk UMKM kuliner berkembang,” ujar Dian Puspita, pengamat bisnis makanan lokal dari Universitas Gadjah Mada.
Tak hanya berhenti di varian rasa, para penjual Lumpia Bantal terus melakukan inovasi.
Mulai dari varian panggang (tanpa minyak), versi frozen untuk stok rumahan, hingga lumpia bantal mini untuk anak-anak.
Beberapa bahkan menawarkan opsi gluten-free atau vegetarian sebagai respons terhadap tren gaya hidup sehat.
Di beberapa gerai di Jakarta dan Bandung, Lumpia Bantal kini juga hadir dalam bentuk combo box, lengkap dengan saus cocolan seperti sambal bawang, mayonnaise pedas, hingga keju cair.
Paket ini populer di layanan pesan-antar, terutama saat jam makan siang atau saat ada acara keluarga.
Meski tengah berada di puncak popularitas, Lumpia Bantal juga menghadapi tantangan, terutama dalam hal mempertahankan kualitas dan konsistensi rasa.
Karena produksinya sebagian besar dilakukan secara manual, banyak usaha kecil yang kesulitan memenuhi permintaan yang melonjak tajam.
Namun demikian, semangat pelaku UMKM dan besarnya minat konsumen membuat masa depan Lumpia Bantal masih sangat menjanjikan.
Dengan strategi branding yang tepat, inovasi berkelanjutan, dan kolaborasi dengan platform digital, camilan ini berpotensi menjadi ikon kuliner modern Indonesia di masa depan.
Lumpia Bantal bukan hanya camilan, tapi juga simbol kreativitas dan semangat kewirausahaan anak muda Indonesia.
Dalam balutan kulit lumpia yang renyah dan bentuknya yang lucu seperti bantal, tersimpan potensi ekonomi yang besar sekaligus cita rasa yang memanjakan lidah. Jadi, sudah coba Lumpia Bantal hari ini?