Ditambah dengan rempah-rempah alami dan tanpa penggunaan penyedap buatan, Ayam Pop bisa menjadi pilihan menu sehat yang tetap lezat.
Beberapa ahli gizi bahkan merekomendasikan menu ini sebagai bagian dari pola makan seimbang, terutama jika dikombinasikan dengan sayur-sayuran segar dan nasi merah.
Melihat trennya yang terus bertahan dan bahkan mulai mendapat tempat di kalangan milenial serta Gen Z, masa depan Ayam Pop tampaknya cukup cerah.
Apalagi, di tengah upaya pelestarian budaya kuliner Nusantara, Ayam Pop bisa menjadi ikon baru yang menunjukkan bahwa makanan tradisional tidak kalah menarik dibandingkan makanan asing.
Pemerintah daerah Sumatra Barat pun mulai aktif mempromosikan kuliner khas daerahnya, termasuk Ayam Pop, dalam ajang-ajang kuliner nasional dan internasional.
Festival makanan tradisional, lomba masak, hingga pelatihan kuliner untuk UMKM terus digalakkan agar makanan seperti Ayam Pop tetap lestari dan dikenal luas.
Ayam Pop bukan hanya sebuah hidangan, tetapi juga warisan budaya yang mencerminkan kearifan lokal masyarakat Minang.
Dengan cita rasa yang lembut namun kaya, serta proses memasak yang unik, Ayam Pop menjadi bukti bahwa kelezatan tidak selalu harus rumit.
Ia hadir sederhana, namun mampu menciptakan kesan mendalam di lidah siapa pun yang mencobanya.
Di tengah derasnya arus globalisasi makanan, Ayam Pop tetap berdiri tegak sebagai duta rasa Nusantara. Dan selama masih ada yang melestarikannya, Ayam Pop akan terus "populer"—dalam arti yang sebenarnya.