Mereka menambahkan unsur modern dalam dialog, menggunakan musik tambahan seperti gitar atau keyboard, serta mengeksplorasi tema cerita yang lebih relevan dengan zaman sekarang.
Misalnya, ada pertunjukan ketoprak dengan cerita tentang kehidupan kota modern, hubungan sosial di era digital, hingga kisah inspiratif tentang keberhasilan anak muda.
Meski menghadapi berbagai tantangan, ketoprak tetap menunjukkan daya tahannya. Pertunjukan yang digelar di berbagai festival seni dan acara budaya selalu menarik minat penonton.
Bahkan, tur keliling ke kota-kota lain di Indonesia sering kali mendapatkan respons positif dari masyarakat yang rindu dengan seni tradisional yang menghibur sekaligus mendidik.
Dengan upaya konservasi, inovasi, dan keterlibatan generasi muda, ketoprak diyakini akan tetap eksis di masa depan.
Seni pertunjukan ini bukan hanya milik Betawi atau Jakarta, tetapi merupakan warisan budaya bangsa yang perlu diapresiasi dan dilestarikan.
Ketoprak mengajarkan bahwa hiburan bisa bersatu dengan pendidikan moral dan budaya, serta menunjukkan bahwa kesenian tradisional tetap relevan di era modern.
Ketoprak adalah bukti bahwa budaya lokal memiliki kekuatan untuk bertahan dan berkembang.
Dengan dukungan masyarakat, pemerintah, dan para seniman muda, kesenian ini bisa terus hidup, menyebarkan pesan moral, dan menghibur generasi masa kini maupun yang akan datang. Seperti kata pepatah Betawi, “Ketoprak itu hidup karena hati penontonnya ikut bermain.”