PALPOS.ID - Di tengah kenaikan harga bahan pokok yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir, pecel lele tetap menjadi salah satu kuliner kaki lima yang paling digemari masyarakat.
Hidangan sederhana yang terdiri dari ikan lele goreng garing, sambal pedas, serta seporsi lalapan ini tidak pernah kehilangan tempat di hati pecinta kuliner malam.
Meski tantangan ekonomi terus berlangsung, penjual pecel lele tetap tampak ramai, terutama di pusat-pusat keramaian dan kawasan perkantoran.
Kenaikan harga pakan ikan dan minyak goreng sempat membuat sejumlah pedagang mengeluhkan berkurangnya keuntungan.
BACA JUGA:Martabak Manis Semakin Mendunia : Dari Jajanan Malam ke Produk Kuliner Kreatif Indonesia
BACA JUGA:Nasi Padang Kian Mendunia : Cita Rasa Tradisional yang Tetap Bertahan di Era Modern
Namun, sebagian besar memilih untuk tidak menaikkan harga secara signifikan karena takut kehilangan pelanggan setia. “Harga pakan lele naik hampir 15 persen.
Minyak goreng juga belum stabil. Tapi kalau saya naikkan harga terlalu banyak, pembeli bisa lari,” ujar Rudi, pedagang pecel lele di kawasan Pasar Minggu.
Rudi mengaku bahwa dalam sebulan terakhir ia mencoba menahan harga di kisaran Rp20.000 per porsi, meski keuntungan yang didapat semakin menipis.
“Yang penting dagangan tetap jalan. Kalau ramai, masih bisa nutup modal,” tambahnya. Situasi serupa juga dialami oleh banyak pedagang kaki lima lain di Jabodetabek yang menggantungkan penghasilan harian dari penjualan pecel lele.
BACA JUGA:Rendang Makin Mendunia : Dari Dapur Minang ke Panggung Kuliner Global
BACA JUGA:Soto Ayam Semakin Mendunia, Kuliner Nusantara yang Tak Pernah Kehilangan Penggemar
Pecel lele telah menjadi kuliner yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia, terutama di kota-kota besar.
Penjualannya yang mayoritas dilakukan pada malam hari membuat hidangan ini sering dianggap sebagai “teman setia orang lembur”.
Selain itu, keberadaannya yang tersebar di hampir setiap sudut kota membuat pecel lele mudah dijangkau semua kalangan.