“Pulang kerja pasti mampir ke warung pecel lele langganan. Rasanya konsisten enak dan harganya masih terjangkau,” kata Dita, karyawan swasta di Jakarta Pusat.
BACA JUGA:Sate Ayam Kembali Jadi Primadona Kuliner Nusantara, Penjualan Meningkat Tajam di Berbagai Daerah
BACA JUGA:Lobster Bakar Keju Jadi Primadona Baru Kuliner Laut, Antrean Mengular di Berbagai Kota
Menurutnya, pecel lele menjadi pilihan utama bukan hanya karena murah, tetapi juga karena porsinya mengenyangkan.
Salah satu daya tarik utama pecel lele adalah sambalnya. Setiap pedagang memiliki racikan berbeda, mulai dari yang super pedas, manis gurih, hingga beraroma jeruk limau yang segar.
Sambal inilah yang sering membuat pelanggan kembali. Bahkan, beberapa warung pecel lele populer dikenal lantaran sambalnya yang melegenda.
Dengan semakin banyaknya pedagang pecel lele baru, persaingan pun ikut meningkat.
Beberapa pedagang berinovasi dengan menawarkan menu tambahan seperti ayam geprek, bebek goreng, hingga sambal pilihan dengan tingkat kepedasan berbeda. Inovasi ini terbukti cukup efektif menarik pelanggan baru.
Menurut pengamat kuliner jalanan, Rafi Aditya, persaingan ini sebenarnya menguntungkan konsumen.
“Pedagang jadi lebih kreatif. Sekarang tidak hanya menjual lele goreng biasa, tapi mereka menawarkan variasi sambal, porsi jumbo, bahkan paket hemat. Ini membuat pecel lele tetap relevan di tengah maraknya kuliner modern.”
Namun, persaingan tersebut juga membuat sebagian pedagang harus bekerja lebih keras. Lokasi strategis menjadi kunci untuk menarik pelanggan.
Banyak pedagang rela membayar biaya sewa tempat yang cukup tinggi agar dapat berjualan di lokasi yang ramai, seperti dekat halte bus, stasiun, maupun kawasan perkantoran.
Perkembangan teknologi juga memberikan dampak besar pada bisnis pecel lele. Kini, banyak pedagang yang bergabung dengan layanan pesan antar makanan daring.
Hal ini memudahkan pelanggan yang ingin menikmati pecel lele tanpa harus keluar rumah, terutama saat hujan atau malam hari.
Meskipun demikian, keterlibatan aplikasi digital juga menghadirkan tantangan baru, salah satunya potongan biaya layanan yang dianggap cukup besar oleh pedagang.
“Kalau lewat aplikasi, biaya potongannya lumayan. Jadi harga online sering lebih mahal,” ujar Toni, pedagang pecel lele di Depok. Kendati begitu, ia tetap merasa terbantu dengan tambahan pelanggan dari layanan daring.