Di tengah perubahan pola konsumsi masyarakat modern, papeda mulai dipandang sebagai makanan yang menyehatkan sekaligus ramah lingkungan.
BACA JUGA:Gurita Saus Padang, Sensasi Pedas dari Laut yang Menggoda Lidah
BACA JUGA:Bibimbap, Hidangan Ikonik Korea Selatan yang Kian Mendunia
Hal ini membuat sejumlah restoran di Jakarta, Bandung, dan Surabaya mulai menyajikan papeda dalam versi yang lebih modern, misalnya dengan tambahan topping ikan asap, sambal colo-colo, hingga aroma rempah khas Indonesia timur.
Namun demikian, banyak tokoh budaya Papua menegaskan bahwa modernisasi papeda tetap harus mempertahankan karakter dan nilai tradisionalnya.
Salah satu inovasi terbaru datang dari komunitas kuliner di Jayapura yang mengembangkan papeda instan. Produk ini dibuat dengan mengolah sagu menjadi bentuk tepung siap pakai sehingga memudahkan masyarakat di luar Papua untuk memasaknya.
Meskipun masih dalam tahap pengembangan, papeda instan mendapat sambutan positif dari berbagai pihak, termasuk pelaku industri makanan yang melihat peluang besar di pasar nasional maupun internasional.
Tokoh adat dari Kabupaten Sentani, Yance Awoitauw, mengatakan bahwa papeda bukan sekadar makanan, tetapi bagian dari identitas orang Papua.
Dalam berbagai upacara adat, papeda memiliki fungsi simbolis yang menggambarkan kebersamaan dan penghormatan terhadap alam.
“Sagu adalah kehidupan bagi kami. Dari sagu lah masyarakat Papua bertahan sejak dulu. Melestarikan papeda berarti melestarikan jati diri kami,” ujarnya dalam sebuah wawancara pada acara festival budaya.
Selain itu, para peneliti lingkungan menilai bahwa peningkatan konsumsi papeda dapat memberikan dampak positif bagi keberlanjutan ekologis.
Tanaman sagu tidak memerlukan pupuk kimia atau air dalam jumlah besar seperti padi. Dengan meningkatnya permintaan sagu, masyarakat memiliki insentif lebih untuk menjaga hutan rawa sagu yang berfungsi sebagai penyerap karbon alami. Hal ini selaras dengan upaya global dalam memerangi perubahan iklim.
Di sektor pariwisata, papeda menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Banyak agen perjalanan menawarkan paket wisata kuliner yang memasukkan pengalaman makan papeda sebagai salah satu agenda utama.
Di beberapa restoran, koki bahkan menyajikan demo cara mengolah papeda di depan pengunjung, mulai dari proses pencampuran sagu dengan air panas hingga cara menyantapnya.
Wisatawan menyambutnya dengan antusias, terutama mereka yang tertarik mencari pengalaman kuliner otentik.
Melihat tren yang terus meningkat, pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berencana mengajukan papeda sebagai salah satu ikon kuliner Indonesia dalam ajang promosi internasional.