Iklan BANNER GRANDFONDO
Iklan Astra Motor

Ikan Arsik : Warisan Kuliner Batak yang Menyatu dengan Filosofi dan Alam

Ikan Arsik : Warisan Kuliner Batak yang Menyatu dengan Filosofi dan Alam

Ikan Arsik bukan sekadar hidangan khas Batak, tapi warisan budaya yang menyatukan rasa, filosofi, dan alam.-Fhoto: Istimewa-

Selain andaliman, terdapat pula asam cikala (buah kecombrang muda) yang memberikan cita rasa asam alami, serta lengkuas, serai, bawang merah, bawang putih, kemiri, dan kunyit yang menghasilkan warna kuning keemasan khas arsik.

Semua bumbu ini ditumbuk secara tradisional, bukan diblender, agar aroma rempah lebih kuat dan teksturnya tetap terasa.

BACA JUGA:Cumi Bakar Jimbaran, Cita Rasa Laut Bali yang Menembus Pasar Nasional

BACA JUGA:Cumi Sambal Hijau, Inovasi Rasa Pedas Gurih yang Kian Diminati Pecinta Kuliner Nusantara

Proses memasaknya pun tidak bisa sembarangan. Ikan yang telah dibersihkan diletakkan di atas lapisan batang serai dan daun jeruk di dalam wajan.

Setelah bumbu dihaluskan dan dicampur air, ikan dimasak perlahan dengan api kecil selama beberapa jam hingga bumbu benar-benar meresap.

Teknik ini menghasilkan daging ikan yang lembut, gurih, dan kaya aroma rempah alami.

Dalam beberapa tahun terakhir, popularitas ikan arsik mulai menembus batas daerah.

Sejumlah restoran Nusantara di kota besar seperti Jakarta, Medan, dan Bandung mulai menghadirkan menu arsik sebagai sajian andalan.

Bahkan, pada tahun 2023, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menetapkan ikan arsik sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia dari Sumatera Utara.

Menurut Chef Sinta Tambunan, seorang juru masak asal Medan yang sering memperkenalkan kuliner Batak ke luar negeri, keunikan arsik terletak pada kekayaan rempahnya yang menggambarkan karakter masyarakat Batak — kuat, berani, dan hangat. “Setiap suapan arsik membawa cerita panjang tentang leluhur Batak.

Inilah contoh bagaimana makanan bisa menjadi identitas budaya,” katanya dalam wawancara di Jakarta Culinary Festival 2024.

Chef Sinta juga menyebut bahwa tantangan utama dalam memperkenalkan arsik ke generasi muda adalah proses memasaknya yang rumit dan memakan waktu lama.

Namun, ia yakin modernisasi dapur tidak akan menghapus nilai tradisi. “Kita bisa menyederhanakan cara masaknya, tapi jangan hilangkan rohnya — yaitu penggunaan bahan lokal dan filosofi kebersamaan di baliknya,” tambahnya.

Pemerintah daerah Tapanuli dan komunitas kuliner Batak kini aktif menggelar pelatihan memasak arsik bagi generasi muda dan pelaku usaha kecil.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber: