Kerak Telur, Kuliner Legendaris Betawi yang Tak Lekang oleh Waktu
Kerak Telur, cita rasa gurih yang tak lekang oleh waktu-Fhoto: Istimewa-
Kemudian, pedagang akan menambahkan telur ayam atau telur bebek sesuai pesanan pembeli. Setelah telur diaduk bersama ketan, ditaburkan ebi halus, bawang goreng, dan bumbu rempah khas.
Wajan kemudian dibalik menghadap arang sehingga bagian atasnya ikut kering dan membentuk kerak. Aroma harum yang muncul dari proses ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.
BACA JUGA:Bubur Sumsum, Kuliner Tradisional Nusantara yang Tak Lekang oleh Waktu
BACA JUGA:Bubur Ayam : Kuliner Hangat yang Menyatukan Selera Nusantara
Kerak Telur dikenal dengan cita rasa gurih, sedikit pedas, dan aroma sangrai yang kuat. Serundeng kelapa yang disangrai hingga kecokelatan menambah lapisan rasa manis gurih yang seimbang.
Bagi sebagian besar penikmat kuliner tradisional, Kerak Telur bukan hanya soal rasa, melainkan pengalaman budaya yang otentik.
“Kalau makan Kerak Telur, rasanya seperti kembali ke masa kecil. Harumnya khas banget, dan yang bikin istimewa itu proses masaknya yang manual,” ujar Slamet, salah satu pengunjung Festival Kuliner Betawi di kawasan Monas, Jakarta Pusat.
Meski popularitasnya sempat menurun akibat perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan, Kerak Telur kini kembali naik daun berkat dukungan berbagai festival budaya dan promosi kuliner tradisional.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta secara rutin menampilkan pedagang Kerak Telur di berbagai acara seperti Jakarta Fair Kemayoran dan Festival Betawi Setu Babakan.
Selain itu, generasi muda juga mulai menunjukkan minat terhadap kuliner tradisional.
Banyak kreator kuliner yang mencoba membuat versi modern Kerak Telur, misalnya dengan menambahkan topping keju, sosis, atau bahkan sambal matah. Meski begitu, versi klasik tetap menjadi favorit karena dianggap paling autentik.
“Sekarang anak muda banyak yang penasaran karena lihat di media sosial. Banyak yang baru tahu ternyata bikin Kerak Telur itu susah dan butuh keterampilan khusus,” kata Nurhayati (47), penjual Kerak Telur yang sudah berjualan di kawasan Ragunan selama lebih dari 20 tahun.
Lebih dari sekadar makanan, Kerak Telur merupakan simbol identitas masyarakat Betawi yang terkenal dengan kekayaan budaya dan keramahan.
Hidangan ini kerap menjadi sajian wajib dalam berbagai upacara adat, pernikahan, hingga perayaan hari besar Jakarta. Tak heran jika Kerak Telur dijuluki sebagai “kuliner kebanggaan orang Betawi”.
Upaya pelestarian Kerak Telur juga terus dilakukan oleh berbagai pihak. Dinas Kebudayaan DKI Jakarta telah memasukkan Kerak Telur ke dalam daftar warisan budaya takbenda daerah, serta memberikan pelatihan bagi generasi muda agar bisa melanjutkan tradisi kuliner ini.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


