Dakbal Makin Merebak : Kuliner Pedas Korea yang Kian Diminati Pecinta Makanan Ekstrem di Indonesia
Si pedas ekstrem dari Korea ini resmi mencuri hati para pecinta kuliner menantang di Indonesia.-Fhoto: Istimewa-
PALPOS.ID - Tren kuliner Korea di Indonesia terus menunjukkan perkembangan pesat, dan kini satu hidangan pedas ekstrem kembali mencuri perhatian para pencinta makanan menantang: dakbal, atau ceker ayam pedas ala Korea.
Jika sebelumnya masyarakat Indonesia akrab dengan ceker ayam dalam berbagai olahan lokal seperti ceker mercon, ceker bumbu kuning, hingga ceker pedas ala warung tradisional, maka dakbal menawarkan sensasi baru yang memadukan rasa pedas khas Korea dengan sajian gurih yang menggugah selera.
Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah restoran Korea, khususnya yang berfokus pada hidangan street food, mulai menambahkan dakbal ke dalam menu mereka.
Tak sedikit pula pelaku usaha kuliner lokal yang ikut meracik versi mereka sendiri, menyesuaikan tingkat kepedasan dan bumbu dengan selera masyarakat Indonesia.
BACA JUGA:Terong Balado, Hidangan Rumahan yang Kian Naik Daun dan Jadi Primadona di Restoran Modern
BACA JUGA:Tahu Jeletot Jadi Primadona Baru Kuliner Pedas : Penjualan Melonjak di Berbagai Kota
Fenomena ini menciptakan gelombang baru dalam dunia kuliner pedas yang sebelumnya telah diramaikan oleh tteokbokki, ramyeon pedas, hingga ayam goreng Korea.
Dakbal dikenal sebagai hidangan yang memanfaatkan ceker ayam yang dimasak dengan bumbu pedas pekat berbahan dasar gochujang, gochugaru, kecap asin, dan bawang.
Di Korea Selatan, sajian ini sering dianggap sebagai anju, makanan pendamping minum, yang dikonsumsi bersama teman atau keluarga di malam hari.
Namun di Indonesia, dakbal justru muncul sebagai tantangan kuliner bagi para penggemar pedas.
BACA JUGA:Mi Chili Oil, Saus Pedas Baru yang Jadi Primadona Pecinta Kuliner Indonesia
BACA JUGA:Mie Goreng Terus Meroket : Dari Warung Pinggir Jalan hingga Pasar Global
Seorang pengunjung di salah satu restoran Korea di Jakarta mengungkapkan bahwa dakbal memberikan sensasi berbeda dibandingkan ceker pedas lokal.
Ia menilai perpaduan rasa manis, pedas, dan sedikit aroma fermented dari gochujang menciptakan pengalaman baru yang tidak ditemukan pada bumbu lokal.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


