Iklan HUT KORPRI 2025
Iklan Astra Motor

Burgo, Kuliner Tradisional Palembang yang Tetap Bertahan di Tengah Gempuran Makanan Modern

Burgo, Kuliner Tradisional Palembang yang Tetap Bertahan di Tengah Gempuran Makanan Modern

Burgo-Fhoto: Istimewa-

“Burgo itu makanan orang Palembang dari dulu. Biasanya dimakan pagi karena ringan di perut,” ujar Siti Aminah, seorang pedagang burgo di kawasan Seberang Ulu, Palembang.

Ia mengaku telah berjualan burgo selama lebih dari 20 tahun, meneruskan usaha orang tuanya. Dalam sehari, ia bisa menghabiskan puluhan porsi, terutama pada akhir pekan.

BACA JUGA:Laksa, Hidangan Tradisional Nusantara yang Kian Mendunia

BACA JUGA:Sop Buntut Makin Populer, Restoran dan UMKM Raup Untung Besar

Di tengah maraknya makanan cepat saji dan tren kuliner modern, burgo tetap memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat.

Banyak warga Palembang yang mengaku merasa “belum sarapan” jika belum menyantap burgo atau makanan tradisional sejenisnya. Hal ini menunjukkan bahwa burgo bukan sekadar makanan, melainkan bagian dari identitas budaya lokal.

Namun demikian, keberadaan burgo menghadapi tantangan tersendiri. Generasi muda dinilai mulai kurang mengenal makanan tradisional ini, terutama mereka yang tumbuh di lingkungan perkotaan dengan akses mudah terhadap makanan modern.

Beberapa penjual mengungkapkan kekhawatiran akan berkurangnya minat anak muda terhadap burgo jika tidak ada upaya pelestarian.

Pemerhati budaya kuliner Palembang, Ahmad Zulkarnain, menilai burgo memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan.

Menurutnya, selain rasanya yang khas, burgo juga tergolong makanan sehat karena tidak digoreng dan menggunakan bahan-bahan sederhana. “Burgo bisa menjadi bagian dari promosi kuliner tradisional Palembang, bahkan untuk wisatawan,” ujarnya.

Saat ini, burgo mulai diperkenalkan kembali melalui berbagai acara kuliner, festival makanan tradisional, hingga media sosial.

Beberapa pelaku usaha kuliner juga melakukan inovasi dalam penyajian burgo, seperti kemasan modern atau variasi topping, tanpa menghilangkan cita rasa aslinya. Upaya ini diharapkan dapat menarik minat generasi muda sekaligus memperluas pasar.

Pemerintah daerah pun didorong untuk ikut berperan dalam melestarikan kuliner tradisional seperti burgo.

Dukungan dapat berupa pelatihan bagi pelaku usaha kecil, promosi melalui kegiatan pariwisata, serta memasukkan burgo sebagai salah satu warisan kuliner daerah.

Dengan langkah tersebut, burgo tidak hanya bertahan, tetapi juga mampu bersaing di tengah perkembangan zaman.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: