Perang Nuklir di Depan Mata?
Tsar Bomba dirancang untuk meledak sejauh 4 kilometer di atas permukaan tanah. Kendati begitu, ledakan tersebutakan menghasilkan awan jamur setinggi lebih 60 kilometer. Serta kilatan cahaya yang terlihat dari jarak 1.000 kilometer.
Bom dashyat itu pernah diujicobakan namun dengan kekuatan separuhnya. Tsar bomba dijatuhkan di sebuah pulau tak berpenghuni bernama Novaya Zemlya, di Teluk Mityushikha. Hasilnya, pulau itu rata dengan tanah.
Jika perang ternyata melibatkan tsar bomba, para ilmuwan di dunia memprediksi, bukan hanya ratusan ribu nyawa akan melayang. Namun juga kerusakan lingkungan global. Ledakan bom nuklir di Ukraina tidak akan sampai ke Indonesia. Namun ledakan itu, radiasi nuklir dan panas yang dihasikannya, diyakini akan merusak ozon. Lapisan udara di atas kita yang telah melindungi semua manusia di bumi dari panasnya sinar matahari.
Ozon yang rusak akan menimbulkan dampak kerusakan yang sangat masif karena kerusakannya akan meluas seiring waktu. Perubahan iklim akan berlangsung sangat cepat. Dan kehancuran global bisa jadi akan berlangsung tanpa bisa dicegah.
Di tengah perang dengan Ukraina, senjata nuklir Rusia selalu menjadi sorotan. Apalagi ketika Vladimir Putin telah menyiagakan pasukan nuklirnya hanya tiga hari sejak memulai serangan. Karena nuklir pulalah, Amerika Serikat dan NATO menahan diri untuk tidak terlibat langsung dalam perang terbuka. Karena saat Amerika dan Rusia saling serang, itu berarti senjata nuklir akan ambil bagian.
Namun seperti halnya dalam semua peperangan, apapun bisa terjadi. Rusia pun kini dikeroyok dengan berbagai sanksi oleh banyak negara, utamanya negara-negara anggota NATO. Apakah Putin akan mampu menahan tekanan-tekanan tersebut, dan tidak sampai membuatnya memutuskan untuk menggunakan senjata nuklir? Tidak ada yang tahu. Namun semoga saja, perdamaian akan menemukan jalannya sendiri. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: