Begini Kisah Pejuang Keselamatan Perlintasan Kereta Api Tanpa Palang Pintu di Tebing Bantaian Muara Enim

Begini Kisah Pejuang Keselamatan Perlintasan Kereta Api Tanpa Palang Pintu di Tebing Bantaian Muara Enim

Epriansyah, salah seorang petugas yang mengatur perlintasan kereta api di Tebing Bantaian Kabupaten Muara Enim, Minggu 02 Oktober 2022. -Palpos.id-

MUARA ENIM, PALPOS.ID - Pekerjaan yang terlihat sepele, namun menyangkut keselamatan para pengguna jalan yang hendak melintasi rel.

Namun, kenyataannya tidak semua pelintasan sebidang memiliki palang pintu, salah satunya di pelintasan kereta api Tebing Bantaian Kabupaten Muara Enim.

Lancarnya laju kereta api tidak terlepas dari peran seorang petugas yang menjaga perlintasan kereta api. Seperti apa kisah aktivitas pejuang keselamatan perlintasan kereta api tanpa palang pintu Tebing Bantaian?

Terik matahari diatas kepala tidak menyurutkan semangat Epriansyah (43), saat menjalani tugas sukarela yang digelutinya sejak tahun 2000 silam sebagai penjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu Tebing Bantaian.

BACA JUGA:Kilas Asal Usul Nama Perlintasan Kereta Api Bantaian

Ya, pelintasan KA satu ini berbeda dengan perlintasan KA lainnya. Pelintasan sebidang Tebing Bantaian, Dea Panang Jaya, Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muara Enim ini tidak memiliki palang, maupun buzzer (sirine) yang dapat mengeluarkan suara ketika kereta hendak melintas.

Ketika klakson kereta api terdengar berbunyi dari kejauhan, Epriansyah bersama rekan-rekannya bergegas memberi aba-aba kepada pengemudi kendaraan roda empat maupun roda dua yang hendak  melintas untuk berhenti tanda kereta akan melintas.

Suka maupun duka sudah dilalui oleh Apriansyah. Memakai rompi bertuliskan Dishub, Apriasyah bersama rekannya bediri di depan kendaraan agar tidak menerobos perlintasan kerata api.

Dan tidak meninggalkan antrian kendaraan telah yang berhenti menunggu kereta api selesai melintas dalam kondisi apapun.

BACA JUGA:Penumpang Kereta Api Wajib Vaksin Booster

Baik itu cuaca hujan, panas dan mati lampu tidak menjadi kendala ketika ia bertugas.

Apalagi pekerjaan yang berkaitan dengan nyawa banyak orang. Tidak boleh ada kelalaian sedikitpun yang bisa membuat bahaya bagi orang-orang sekitar.

“Selama 22 tahun menjadi petugas perlintasan kereta api Tebing Bantaian banyak suka duka jumpai. Sudah diatur dan diingatkan masih saja ada kendaraan mau menerobos, padahal jarak kereta dengan perlintasan sudah dekat, rata yang bandel itu travel,” ujarnya Apriansyah didampingi Tokoh Pemuda Desa Panang Jaya Drajat Kuniawan ST atau yang akrab disapa Dodi Tanu, Minggu 02 Oktober 2022.

Dalam menjalankan tugas penjagaan perlintasan kerata api Tebing Bantaian, kata dia, ada 24 anggota yang dibagi 3 shift. Baginya, menjalankan pekerjaan harus ditekunin sesuai dengan prosedur yang harus dilakukan.

BACA JUGA:Penumpang Kereta Api Belum Vaksin Booster Wajib Antigen

Melakukan tugas yang sudah sesuai prosedur juga akan diwarnai dengan ulah pengendara yang nakal. Ketika kendaraan yang melintas diminta untuk berhenti.

Tidak jarang pengendara yang menerobos perlintasan. Dimana itu akan membahayakan dirinya sendiri.

“Kalo yang suka menerobos selagi kita bisa tegur akan kita tegur, yang terpenting kita sudah melakukan pelayanan sesuai prosedur. Jadi kalo yang mau menerobos pasti kita tegur,” ucapnya.

Lanjutnya, selama menjalankan tugas ada pengendara yang jahil karena ada yang memberikan struk belanja, tanah dan uang sobek.

BACA JUGA:Jaga Keselematan, Dishub Muara Enim Bangun 4 Pos Perlintasan Kereta Api

Tapi semua itu tidak membuat dirinya bersama rekan-rekannya berkecil hati atau merasa terhina.

Melainkan, kata dia, terpenting kendaraan yang melintas aman dan tidak ada terjadi kecelakaan.

“Ya macem-macem, ada-ada saja temuannya dan ini kenyataan. Namanya juga dilapangan. Contoh ada kendaraan yang nakal mau menerobos perlintasan KA yang hendak melintas padahal kareta sudah dekat dengan jarak 15 meter. Setelah kita hadang dan pukul kap mesin baru si sopirnya sadar bahwa ada kareta akan melintas dengan alasan maucepat. Dan kita dikasih struk belanja. Tapi kita iklhas lahir batin, dikasih kita terima, idak juga ga papa,” kenang Epriansyah tertawa lagi.

Dodi Tanu, menambahkan tahun 1999 kondisi daerah jalan lintas Tebing Bantaian saat itu sangat rawan.

BACA JUGA:Masuk Usia 77 Tahun, PT KAI Melayani Lebih Baik

Baik itu kecelekaan di perlintasan kereta api maupun pelaku tindak kriminal. Oleh karena itu, orangnya yakni Tano berinisiatif mendirikan pos keamanan lalu lintas dan perlintasan kereta api Tebing Bantaian.

Kemudian, tepatnya pada tahun 2003 alumni Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) ini, melihat ada potensi untuk pemuda Desa Panang Jaya.

“Waktu itu, saya mengasih pandangan manajemen kepada pemuda desa sebagai pelopor keselamatan di perlintasan kereta api dan sepakat serta perizinannya kita urus dibawa binaan Polda Sumsel. Kemudian kita dirikan fasilitas seperti pos perlintasan kereta api, pos istiraat dan sistem kerja,” ungkap Dodi.

Perjalanan cerita Pos Pos Keamanan Jalan Raya (PKJR) Tebing Bantaian sangatlah panjang dan memiliki cerita tersendiri.

BACA JUGA:Tingkatkan Kenyamanan Pelanggan, KAI Divre III Lakukan Kampanye Cegah Tindak Kekerasan Seksual di Stasiun Kert

Alhasil, kata dia, setiap tahun bertepatan Hut Polri petugas penjaga perlintasan kereta api Tebing Bantaian selalu mendapat piagan penghargaan sampai tahun 2011. Sebab saat itu, lanjutnya Pos Keamanan Jalan Raya (PKJR) dibubarkan.

“Pos PKJR Tebing Bantaian dibubarkan dan diganti Pos Keamanan Rel Kereta Api (PKRKA) dan disetujui oleh PTKAI, Pemda, Dishub dan Polda,” jelasnya.

Lanjutnya, ditahun 2018 tepatnya dizamannya Tito Karnavian sebagai orang nomor satu di lingkungan Polri saat itu, PKRKA dibuah dibawah naungan Dina Perhubungan Kabupaten Muara Enim. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: