Sejarah Makam Kambang Koci, Disebut Juga Pemakaman Wali di Palembang

Sejarah Makam Kambang Koci, Disebut Juga Pemakaman Wali di Palembang

Makam Kambang Koci yang disebut juga pemakaman para wali di Palembang--

PALEMBANG, PALPOS.ID- Makam Kambang Koci Terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Kota Palembang

Menurut cerita, tanah tempat berdirinya Makam Kambang Koci, merupakan tamah wakaf dari Sultan Mahmud Badaruddin I yang diserahkan pada tahun 1735.

Tanah tersebut diwakafkan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I, untuk pemakamanan anak cucu serta menantunya

Pemakaman Kambang Koci merupakan satu bagian dari kompleks pemakaman Kawah Tekurep.

Penamaan Makam Kambang Koci sendiri konon katanya berasal dari kata kambang (kolam) dan koci (sekoci atau perahu). Karena di tanah pemakaman ini awalnya adalah tempat pencucian perahu.

Kompleks makam Kambang Koci, merupakan makam ulama Kesultanan Palembang. Menurut informasi di Makam Kambang Koci terdapat makam putri-putri Sultan Manmud Badaruddin I.

Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi dan Balai Arkeologi Palembang, menunjukkan bahwa di Kompleks Makam Kambang Koci, tidak ada makam putri-putri Sultan Mahmud Badaruddin I.

Hal tersebut berdasarkan temuan tulisan-tulisan pada nisan makam yang tidak menyebutkan nama putri-putri Sultan Mahmud Badaruddin I.

Berdasarkan buku panduan Haul dan Ziarah Kubra Ulama dan Auliya Palembang Darussalam tertulis bahwa Makam Kambang Koci pernah diperebutkan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1931.

Makam tersebut jadi rebutan karena letaknya yang strategis, berada di pingggir Sungai Musi. Hal tersebut berlanjut hingga perundingan di Batavia (Jakarta) yang dimenangkan oleh ahli waris makam.

Kompleks Makam Kambang Koci berada di areal Pelabuhan Boom Baru Palembang. Jalan untuk masuk ke kompleks makam melalui Pelabuhan Boom Baru.

Di dalam kompleks Makam Kambang Koci terdapat bangunan cungkup utama dengan tiang penyangga yang terbuat dari cor semen

Bangunan cungkup utama terlihat baik setelah adanya renovasi pada tahun 2000.  Bagian atap memiliki bentuk tajug dan tumpang tiga tingkat.

Pada bagian atap paling atas dan di tengah, diganti dengan genteng multiroof, sedangkan paling bawah masih menggunakan genteng asli tanah liat.

Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh BP3 Jambi (Sekarang BPCB Jambi) pada tahun 1997, di dalam Kompleks Makam Kambang Koci terdapat 3 tipe nisan.

Ada nisan yang berbentuk dasar segi empat pipih. Tipe nisan ini paling banyak terdapat di kompelks makam dan lokasinya tersebar.

Nisan dengan bentuk dasar bulat menyerupai gada, serta tipe nisan dengan bentuk hulu keris. Keberadaan tipe nisan ini tersebar berdampingan dengan tipe nisan pipih dan gada.

Pengelompokan ketiga tipe nisan tersebut dapat digolongkan menjadi dua tipe nisan kuno yang biasa dijumpai pada makam-makam kuno di Indoensia.

Nisan segi empat pipih merupakan bentuk dari tipe Demak-Troloyo, sedangkan tipe yang menyerupai gada dan hulu keris, merupakan bentuk dari nisan tipe Aceh.

Nisan-nisan yang terdapat pada makam di Kambang Koci, untuk tipe Demak-Troloyo terbuat dari kayu ulin, batu andesit, granit, batu pasriran, serta marmer. Sedangkan untuk nisan tipe Aceh, terbuat dari granit dan batu pasiran.

Makam di Kambang Koci juga terdapat hiasan. Untuk tipe Demak Troloyo berupa sulur-suluran, lingkaran, tulisan Arab, tumpal, segi lima dan medalion.

Hiasan tumpal banyak dijumpai daripada hiasan lainnya. Sedangkan pada nisan tipe Aceh tidak terdapat hiasan atau polos.

Pada 16 November 1974, pemakaman Kambang Koci diresmikan menjadi pemakaman anak, menantu, serta cucu-cucu  Sultan Mahmud Badaruddin, yang dihadiri oleh Walikota Palembang, RHA Arifai Tjek Yan.

Satu tahun kemudian, pada 1975, kembali terjadi persengketaan dengan pihak pelabuhan, sehingga terjadi pembagian luas areal pemakamana dari 5 ribu meter persegi dibagi 2/3 untuk pihak pelabuhan dan 1/3 untuk ahli waris. Saat ini luas areal Kambang Koci  tinggal 1.400 meter persegi.

Pada tahun 1999 pihak ahli waris dan pihak pelabuhan kembali melakukan pertemuan di Kantor Gubernur Sumsel. Pada pertemuan itu disepakati pihak pelabuhan harus memasang kembali pagar yang telah mereka robohkan sebelumnya.

Pihak pelabuhan memasang kembali pagar tersebut, yang mengelilingi sisa areal pemakaman Kambang Koci, yang terdiri dari lebih kurang 300 makam.

Hampir seluruh keturunan Alawiyyin yang tinggal di Palembang, memiliki silsilah dengan para haabib, yang dimakamkan di Kambang Koci, paling tidak silsilah dari sebelah ibu.

Beberapa habaib yang dimakamkan di sini antara lain; Al-‘Arif Billah Al-Habib Syeikh bin Ahmad bin Shahab, yang merupakan ulama besar pada masanya. Dia dianugerahi tanah yang luas dari daerah Kuto sampai Kenten.

Tanah tersebut kemudian diwakafkan sebagai tanah pemakaman kaum alawiyyin Palembang serta tanah wakaf Masjid Daarul Mattaqien.

Al-Arif Billah Al-Habib Ibrahim bin Zein bin Yahya (w.1790 M), merupakan ulama besar yang memahami Ilmu Fiqh, beliau adalah menantu Sultan Mahmud Badaruddin I, yang beristrikan  Raden Ayu Aisyah binti Sultan Mahmud Badaruddin I.

Di Kambang Koci juga dimakamankan Habib Abdullah bin Salim Al-Kaf yang merupakan ulama besar sekaligus pengusaha yang sukses. Beliaulah yang membangun Masjid Sungai Lumpur pada tahun 1287, yang berlokasi di 11 Ulu Palembang, dan Habib Abdullah bin Ali Al-Kaf yang merupakan seorang wali yang masyur.

Para keturunannya banyak yang menjadi ulama besar yang tersebar di Tegal, Jakarta, Jeddah, dan Hadramaut. Antara lain Habib Abdurrahman bin Ahmad Al-Kaf (Jeddah) dan Habib Abdullah bin Ahmad Al-Kaf (Jakarta) dengan anak-anaknya yang menjadi muballighin.

Banyaknya para wali yang dimakamkan di Kambang Koci, membuat para peziarah datang ke tempat ini. Tercatat sebagian kecil  diantranya; Habib Muhamad bin Ahmad Al-Muhdor (Bondowoso), Habib Muhammad bin Husin  Al-Idrus (Surabaya), Habib Salim bin Ahmad bin Jindan (Jakarta), Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang), Habib Ali bin Husin Al-Atthos (Bungur).

Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid (Tanggul), Habib Abdul Qodir bin Ahmad Assegaf (Jeddah), Habib Umar bin Hafizh BSA, Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri dan Habib Musa Al-Kazhim bin Ja’far As-Seggaf (Hadhramaut-Yaman).

Pada tanggal 19 Desember 1997, rencananya makam yang ada di Kambang Koci akan dipindahkan. Untuk itu disiapkanlah 104 peti jenazah (dihitung berdasarkan jumlah nisan yang terlihat).

Sebelum makam tersebut dipindahkan, pada tahun itu juga terjadi peristiwa jatuhnya pesawat Silk Air Boing 737-300 dari Singapura, di Muara Makarti, Perairan Sungsang, Sumatera Selatan, yang menewaskan seluruh penumpang pesawat tersebut.

Yang mengherankan, jumlah korban yang tewas akibat kecelakaan pesawat itu sebanyak peti yang telah disiapkan untuk memindahkan makam yang da di Kambang Koci. Yang terdiri dari 104 penunmpang termasuk 7 awak pesawat.

Karena ada keperluan yang lebih mendesak, akhirnya peti-peti tersebut tidak jadi digunakan untuk pemindahan makam. Peti tersebut digunakan untuk korban pesawat Silk Air.

Karena banyaknya para wali yang dimakamkan di Kambang Koci serta beberapa pemakaman yang ada di Kota Palembang, banyak para Habaib dari Hadhramaut menyebut Kambang Koci  sebagai Zanbal (pemakaman para wali di Kota Tarim). Dan Kota Palembang disebut sebagai Hadramaut Tsani alias Hadramaut Kedua (nbq)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: