Ini 9 Sifat yang Wajib Dimiliki Pelaku Usaha Bidang Pariwisata

Ini 9 Sifat yang Wajib Dimiliki Pelaku Usaha Bidang Pariwisata

Staf Khusus Gubernur Sumsel Bidang Pariwisata Abdul Aziz Kamis menyampaikan materi dalam kuliah umum di Graha Serbaguna Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang, Rabu (11/1).---ist

PALEMBANG, PALPOS.ID – Ada 9 sifat yang harus dimiliki pelaku usaha dalam sektor pariwisata agar bisa menjadi seorang entrepreneur yang terbaik, kreatif dan inovatif.

Kesembilan sifat itu diungkap oleh Abdul Aziz Kamis selaku Staf Khusus Gubernur Sumsel Bidang Pariwisata dalam kuliah umum di Graha Serbaguna Politeknik Sriwijaya Palembang, Rabu (11/1).

“Ada beberapa hal yang bisa kita ingatkan untuk dilakukan oleh mereka para pekerja sektor pariwisata yang akan selalu berkaitan dengan wirausaha,” kata Abdul Aziz Kamis dalam kuliah umum yang mengambil tema Membangun Jiwa Entrepreneurship Dalam Bidang MICE Untuk Mengembangkan Dunia Kepariwisataan Indonesia.

Kesembilan sifat tersebut yang pertama adalah sifat instrumental, yaitu tanggap terhadap peluang dan kesempatan berusaha maupun yang berkaitan dengan perbaikan kerja.

Kedua, sifat prestatif yaitu selalu berusaha memperbaiki prestasi, mempergunakan umpan balik, menyenangi tantangan dan berupaya agar hasil kerjanya selalu lebih baik dari sebelumnya.

Ketiga, sifat keluwesan bergaul, yaitu selalu aktif bergaul dengan siapa saja, membina kenalan-kenalan baru dan berusaha menyesuaikan diri dalam berbagai situasi

Keempat, sifat kerja keras, yaitu berusaha selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai.

“Tidak pernah memberi dirinya kesempatan untuk berpangku tangan, mencurahkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan, dan memiliki tenaga untuk terlibat terus menerus dalam kerja,” kata Abdul Aziz Kamis.

Kelima, sifat keyakinan diri, yaitu dalam segala kegiatannya penuh optimisme bahwa usahanya akan berhasil. Percaya diri dengan bergairah langsung terlibat dalam kegiatan konkrit, jarang terlihat ragu-ragu.

Keenam, sifat pengambil risiko yang diperhitungkan, yaitu tidak khawatir akan menghadapi situasi yang serba tidak pasti di mana usahanya belum tentu membuahkan keberhasilan.

“Jadi dia berani mengambil risiko kegagalan dan selalu antisipatif terhadap kemungkinan-kemungkinan kegagalan. Segala tindakannya diperhitungkan secara cermat,” lanjut Abdul Aziz Kamis.

Ketujuh, sifat swa-kendali, yaitu benar-benar menentukan apa yang harus dilakukan dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri

Kedelapan, sifat inovatif, yaitu selalu bekerja keras mencari cara-cara baru untuk memperbaiki kinerjanya. Terbuka untuk gagasan, pandangan, penemuan-penemuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya.

“Tidak terpaku pada masa lampau, gagasan-gagasan lama, tetapi berpandangan ke depan dan mencari ide-ide baru,” katanya.

Yang terakhir adalah sifat mandiri, yaitu apa yang dilakukan merupakan tanggung jawab pribadi. Keberhasilan dan kegagalan dikaitkan dengan tindakan-tindakan pribadinya. Dia lebih menyenangi kebebasan dalam  membangun jiwa kewirausahaan, mengambil keputusan untuk bertindak dan tidak mau bergantung pada orang lain.

Lebih jauh Abdul Aziz Kamis menambahkan, persaingan antara para pelaku pariwisata, tentunya harus digiring kepada persaingan sehat untuk bersaing dalam meningkatkan jasa pelayanan, peningkatan produk, pemenuhan segala kebutuhan yang diharapkan oleh wisatawan atau klien, kreativitas penyelenggaraan even-even yang baru dan sesuai kebutuhan pasar.

“Persaingan untuk menjadi yang terbaik ini yang akan menumbuhkan bagaimana mereka para pekerja di bidang pariwisata untuk mengedepankan jiwa wirausahanya agar menjadi yang terbaik, kreatif dan inovatif,” kata Abdul Aziz Kamis.

Hal serupa juga diungkapkan M Yusuf Kohar, Ketua Asperapi (Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia) Lampung dalam kesempatan yang sama.

Menurutnya membangun jiwa entrepreneurship dalam bidang MICE (Meeting, Insentive Perjalanan, Convention, dan Exhibition) adalah hal yang penting dalam mengembangkan pariwisata di Indonesia.

Sementara itu dosen senior Politeknik Negeri Sriwijaya Hj Desloehal Djumrianti SE MIS PhD sekaligus moderator dalam acara tersebut mengemukakan, tema yang diusung dalam kuliah umum kali ini dipilih mengingkat sektor pariwisata adalah salah satu sektor yang cukup penting dalam rangka pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

“Selain itu tentunya juga untuk memberikan informasi dan meningkatkan wawasan serta kompetensi mahasiswa khususnya dalam sektor pariwisata,” kata Desloehal.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: rilis