Dinilai Tidak Pro Rakyat, BHS Tolak Larangan Mudik Lebaran Naik Sepeda Motor

Dinilai Tidak Pro Rakyat, BHS Tolak Larangan Mudik Lebaran Naik Sepeda Motor

Pengamat kebijakan publik, Bambang Haryo Soekartono (BHS) menolak keras larangan mudik lebaran memakai sepeda motor karena dia menilai larang tersebut tidak solutif dan tidak pro rakyat yang saat ini kesulitan ekonomi.--instagram @rekamjejakbhs

JAKARTA, PALPOS.ID- Pengamat kebijakan publik, Bambang Haryo Soekartono menentang keras larangan mudik lebaran Idul fitri 1444 Hijriah dengan menggunakan sepeda motor yang diusulkan Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat kepada pemerintah yang menurut BHS merupakan usulan yang tidak solutif.

Anggota DPR-RI periode 2014-2019 ini bahkan menyebut Pemerintah tidak pro rakyat kecil jika usulan pelarangan mudik dengan menggunakan sepeda motor dipaksakan untuk diberlakukan.

Ia kemudian membantah jika transportasi sepeda motor dikategorikan sebagai paling berisiko dan rentan kecelakaan. Menurutnya, hal itu tidak berdasar dan menyesatkan.

"Saat ini transportasi publik darat baik bis dan transportasi publik lanjutan maupun Kereta Api dinilai oleh masyarakat konsumen transportasi publik tarifnya sangat mahal serta ketersediaan kapasitas muat (tempat duduk) sangat terbatas.

BACA JUGA:Waspada Daerah Rawan Kriminalitas Jalanan di Jalur Mudik Sumsel, Cek Lokasinya

BACA JUGA:Waduh! Ada ‘Mr James’ Diduga Sebagai Mafia Jabatan di Pertamina, Ini Penjelasan Anggota DPR RI...

Dan bahkan keselamatan transportasi publik pun masih belum terjamin dengan baik, terbukti masih banyaknya kecelakaan transportasi publik di jalan raya," kata Bambang Haryo, Selasa 11 April 2023.

Kemahalan daripada tarif transportasi publik di Indonesia, lanjut pemilik sapaan BHS, disebabkan oleh harga bahan bakar minyak yang tinggi, harga dan pajak sparepart yang sangat tinggi dibanding dengan negara negara di Asean dan bahkan di dunia. 

"Termasuk juga,  iklim usaha yang kurang kondusif, begitu banyaknya ekonomi biaya tinggi, pungutan pungutan dari oknum dan lainnya serta banyaknya jalan raya di Indonesia yang rusak sesuai data BPS di 31,9% jalan raya yang rusak bahkan rusak berat di 15,9% (offroad).

"Misalnya di Sumatera, Kalimantan dan Papua yang mengakibatkan komponen sparepart transportasi publik menjadi cepat rusak dan begitu banyak kejahatan di jalan raya juga aksi pelemparan batu kepada transportasi publik yang marak terjadi. Sehingga memunculkan ekonomi biaya tinggi yang dibebankan kepada tarif angkutan publik," imbuh BHS.

BACA JUGA:10 Jalan Tol Gratis di Pulau Jawa dan Sumatera Selama Mudik dan Balik, Catat Ini Lokasinya...

BACA JUGA:Mudik Lebaran, Pertamina Pastikan Stok BBM Aman..  

Bahkan, menurut alumnus teknik perkapalan ITS Surabaya ini,  penumpang di terminal pun masih sulit untuk bisa menghindar dari calo calo dan bahkan banyaknya kejahatan seperti copet, penipuan dan lain lain di terminal. 

"Ditambah lagi, jalur jalur transportasi publik masih belum bisa terkoneksi dengan baik dan belum memenuhi sampai ketempat tujuan yang diinginkan oleh masyarakat konsumen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: