Sejarah Multikultural Kalimantan Tengah dari Masa Pra-Kolonial hingga Masa Modern

Sejarah Multikultural Kalimantan Tengah dari Masa Pra-Kolonial hingga Masa Modern

Sejarah Multikultural Kalimantan Tengah dari Masa Pra-Kolonial hingga Masa Modern.-Palpos.id-Dokumen Palpos.id

Kesultanan Banjar mendirikan Kerajaan Kotawaringin pada tahun 1615, mencakup daerah pantai Kalimantan Tengah seperti Sampit, Mendawai, dan Pembuang. 

Sementara itu, daerah-daerah lain tetap mempertahankan otonomi mereka dan menjalankan hukum adat Dayak-Kaharingan.

BACA JUGA:Rencana Pemekaran Wilayah di Provinsi Kalimantan Tengah: Menggali Potensi Otonomi Baru

BACA JUGA:Provinsi Kalimantan Barat Akan Mengalami Pemekaran Wilayah Menjadi Dua Provinsi Baru

Pada satu titik waktu, perang besar meletus di daerah Pematang Sawang Pulau Kupang, dekat Kapuas. 

Seorang pahlawan Dayak bernama Nyai Undang memainkan peran penting dalam perang tersebut. 

Nyai Undang, didampingi oleh kesatria perkasa seperti Tambun, Bungai, Andin Sindai, dan Tawala Rawa Raca, memimpin pasukan Dayak dalam pertempuran. Nama Tambun Bungai bahkan menjadi nama Kodam XI Tambun Bungai, Kalimantan Tengah.

Abad ke-16 melihat Kalimantan Tengah menjadi bagian dari wilayah Kesultanan Banjar yang semakin meluas. Raja Maruhum Panambahan, yang menikahi putri Dayak, memerintah dengan tangan besi. Tentara Biaju, suku Dayak pada masa itu, sering terlibat dalam konflik di istana Banjar.

BACA JUGA:Pemekaran Wilayah di Provinsi Kalimantan Barat: Menuju Terwujudnya Calon Daerah Otonomi Baru (CDOB)

BACA JUGA:Pemekaran Wilayah Provinsi Kalimantan Utara, Usulan DOB Tanjung Selor Untuk Masa Depan Kaltara Berkilau

Kerajaan Kotawaringin terus berkembang, dengan Pangeran Dipati Anta-Kasuma menjadi raja pertamanya. Wilayah Kotawaringin memiliki kontrak perdagangan dengan VOC-Belanda sejak tahun 1637. 

Pada tahun 1780, laporan Radermacher mencatat keberadaan pemerintahan pribumi di beberapa daerah, menunjukkan kepala daerah seperti Kyai Ingebai Suradi Raya dan Raden Jaya.

Pendudukan Portugis dan Misionaris Kristen turut membentuk lanskap sejarah Kalimantan Tengah. 

Pedagang Portugis dari Makau bersaing dengan VOC-Belanda di Banjarmasin pada tahun 1679. Ambisi Portugis untuk menguasai produksi lada Banjarmasin mengakibatkan pertikaian politik, dengan dukungan Portugis kepada Suria Angsa sebagai Sultan.

BACA JUGA:Eksplorasi Keindahan dan Kekayaan Alam Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: