Upacara Pemakaman Rambu Solo di Toraja Sulawesi Utara: Keagungan dan Tradisi Yang Menguras Dompet

Upacara Pemakaman Rambu Solo di Toraja Sulawesi Utara: Keagungan dan Tradisi Yang Menguras Dompet

Upacara Pemakaman Rambu Solo di Toraja Sulawesi Utara: Keagungan dan Tradisi Yang Menguras Dompet.-Palpos.id-Dokumen Palpos.id

2. Strata Sosial Menentukan Jumlah Kurban

Strata sosial keluarga yang meninggal memainkan peran penting dalam menentukan jumlah kerbau dan babi yang dikurbankan.

Semakin tinggi strata sosialnya, semakin banyak pula hewan kurban yang harus disediakan. 

Upacara pemakaman Rambu Solo bisa melibatkan kurban kerbau mulai dari 8 ekor hingga 20 ekor, yang menciptakan gambaran betapa mahalnya prosesi ini.

3. Tongkonan sebagai Simbol Strata Sosial

Tidak hanya jumlah kurban yang menandakan status sosial, tetapi juga jumlah tongkonan yang dimiliki keluarga almarhum.

BACA JUGA:Pemekaran Provinsi Sulawesi Utara Membawa Provinsi Nusa Utara ke Panggung Utama

BACA JUGA:Pemekaran Sulawesi Utara Menyongsong Provinsi Nusa Utara: Sejarah Geografi dan Potensi Wilayah Baru

Tongkonan adalah rumah adat suku Toraja yang disiapkan untuk menyimpan peti jenazah. Semakin banyak tongkonan, semakin tinggi strata sosial keluarga, menciptakan batasan eksklusivitas terhadap pelaksanaan Rambu Solo.

4. Perbekalan untuk Alam Baka

Selain kurban, keluarga almarhum juga diwajibkan menyediakan perbekalan bagi almarhum, yang akan ditempatkan di dalam peti jenazah. 

Kain adat, tali emas dan perak, pakaian, perhiasan, serta sejumlah uang dianggap sebagai "bekal perjalanan" arwah menuju surga. Hal ini menambahkan unsur kemewahan dan keanggunan pada upacara pemakaman ini.

5. Pengawetan Jenazah Sebelum Pemakaman

Salah satu hal unik dari Rambu Solo adalah pengawetan jenazah yang tidak langsung dimakamkan setelah meninggal. 

BACA JUGA:Pemekaran Wilayah Sulawesi Utara: Terwujudnya Provinsi Nusa Utara dan Provinsi Bolaang Mongondow Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: