Risol Bihun : Camilan Legendaris yang Tak Pernah Kehilangan Penggemar

Risol Bihun : Camilan Legendaris yang Tak Pernah Kehilangan Penggemar

Setiap gigit risol bihun, selalu ada rasa yang membawa pulang ke masa kecil.-Fhoto: Istimewa-

PALPOS.ID - Di tengah maraknya tren kuliner modern dan camilan kekinian, risol bihun tetap menjadi primadona di hati masyarakat Indonesia.

Camilan sederhana yang dibalut dengan kulit tipis renyah dan diisi dengan bihun gurih ini tidak hanya menggugah selera, tapi juga membawa nostalgia akan masa lalu.

 

Ditemui di Pasar Santa, Jakarta Selatan, Nurhayati (53), seorang pedagang risol yang sudah berjualan sejak 1998, mengaku bahwa risol bihun tak pernah sepi peminat.

“Dari dulu sampai sekarang, risol bihun selalu laris. Mungkin karena rasanya yang sederhana tapi ngangenin,” ujarnya sambil tersenyum.

BACA JUGA:Pernah Makan Ini? Gulai Tambusu, Hidangan Khas Bukittinggi yang Kian Langka

BACA JUGA:Gado-Gado Padang, Hidangan Lebaran dengan Cita Rasa Unik

 

 

Risol atau risoles berasal dari kuliner Belanda yang masuk ke Indonesia pada masa kolonial.

Nama "risoles" berasal dari bahasa Prancis rissoler, yang berarti "menggoreng dengan sedikit minyak".

Namun seiring waktu, masyarakat Indonesia mengadaptasinya dengan berbagai variasi isian, salah satu yang paling populer adalah risol bihun.

 

Ciri khas risol bihun Indonesia terletak pada isian bihunnya yang dibumbui dengan bawang putih, merica, dan terkadang tambahan sayur seperti wortel atau kol.

BACA JUGA:Katupek Gulai Cubadak, Hidangan Lebaran Wajib di Ranah Minang

BACA JUGA:Tahu Crispy, Jajanan Favorit yang Terus Digemari Berbagai Kalangan

Tak jarang pula ditambahkan suwiran ayam atau udang untuk rasa yang lebih kaya. Kulitnya yang tipis dan renyah setelah digoreng membuat camilan ini cocok dinikmati kapan saja.

 

Menurut Chef Agus Hendrawan, risol bihun merupakan contoh sempurna dari adaptasi kuliner yang berhasil.

“Ini contoh bagaimana kita mengolah makanan asing menjadi sangat Indonesia.

Rasanya cocok dengan lidah lokal, murah, dan cara membuatnya pun tidak terlalu rumit,” jelasnya.

BACA JUGA:Pisang Goreng Pontianak : Gurih, Renyah, dan Manisnya yang Melegenda di Seluruh Nusantara

BACA JUGA:Sosis Goreng Jadi Primadona Baru di Kalangan Anak Muda, Omzet Pedagang Naik Drastis

 

Murah, Merakyat, dan Mengenyangkan

 

Salah satu daya tarik utama risol bihun adalah harganya yang terjangkau.

Di banyak warung gorengan atau jajanan pasar, risol bihun dijual mulai dari Rp2.000 hingga Rp5.000 per buah.

Dengan harga tersebut, camilan ini menjadi pilihan yang ekonomis dan mengenyangkan, baik untuk sarapan cepat, bekal anak sekolah, atau sekadar teman ngopi sore.

 

“Kalau lagi buru-buru, saya beli dua risol bihun dan segelas teh.

Udah cukup buat ganjal perut sebelum makan siang,” kata Dimas, karyawan swasta di kawasan Sudirman.

 

Tak hanya di pasar atau pinggir jalan, risol bihun kini juga banyak ditemukan di toko kue modern, kafe, hingga katering prasmanan.

Bahkan, varian frozen food risol bihun pun mulai digemari, terutama oleh keluarga muda yang ingin menyimpan camilan praktis di rumah.

 

 

Dengan permintaan yang terus stabil, risol bihun juga membuka peluang usaha rumahan yang menjanjikan.

Salah satu contohnya adalah Liana (35), warga Depok yang memulai usaha risol frozen sejak pandemi COVID-19.

“Awalnya cuma buat camilan sendiri, tapi teman-teman suka, akhirnya saya coba jualan online. Sekarang bisa jual 300 risol per minggu,” ungkapnya.

 

Liana menjual risol bihun dalam kemasan beku berisi 10 buah seharga Rp25.000. Ia juga menawarkan varian risol dengan tambahan keju, pedas, atau rasa kari.

Dengan strategi pemasaran melalui media sosial dan aplikasi pesan antar makanan, bisnisnya berkembang pesat dan kini sudah memiliki tiga pegawai.

 

 

Meski identik dengan bihun sebagai isian utama, kini banyak pelaku usaha yang mencoba berinovasi dengan variasi risol.

Beberapa di antaranya mengombinasikan bihun dengan sosis, jamur, ayam lada hitam, hingga keju mozarella.

Bahkan, ada pula yang menyajikan risol dalam versi sehat, menggunakan kulit panggang alih-alih digoreng, atau bihun shirataki rendah kalori.

 

Namun begitu, banyak penikmat tetap setia pada rasa klasik. “Yang original tetap juaranya.

Bihunnya lembut, kulitnya krispi, dan bumbunya pas,” kata Nani, pengunjung festival kuliner di Bekasi.

 

 

Lebih dari sekadar camilan, risol bihun juga menyimpan kenangan bagi banyak orang.

Tak sedikit yang mengaitkannya dengan jajanan sekolah, bekal masa kecil, atau momen berkumpul bersama keluarga.

 

“Setiap gigit risol bihun, saya langsung inget masa-masa SD, jajan di depan sekolah.

Rasanya tuh enggak berubah,” kenang Rahmat, seorang ayah dua anak.

 

Camilan ini berhasil bertahan di tengah gempuran makanan cepat saji dan kudapan internasional karena menyajikan sesuatu yang lebih dari sekadar rasa: kehangatan, kesederhanaan, dan rasa akrab yang sulit digantikan.

 

 

Di tengah derasnya arus globalisasi dan inovasi kuliner, risol bihun tetap berdiri kokoh sebagai camilan favorit masyarakat Indonesia.

Sederhana, lezat, dan penuh kenangan itulah kekuatan sejati dari makanan tradisional ini.

Entah dijual di pinggir jalan, di toko modern, atau disajikan dalam bentuk beku, risol bihun membuktikan bahwa resep klasik tak lekang oleh waktu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: