Makam Puyang Darah Puteh, Sejarah Berkembangnya Agama Islam di Desa Burai Ogan
--
TRAVELING, PALPOS.ID-Desa Burai, terletak di Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan, telah menjadi pusat perhatian sebagai salah satu destinasi wisata budaya yang menarik perhatian banyak orang.
Meskipun mungkin tersembunyi dari sorotan utama, desa ini memiliki warisan sejarah dan budaya yang kaya, menunggu untuk diungkapkan kepada dunia.
Menyusuri jalan setapak yang berliku dan penuh warna, pengunjung akan menemukan diri mereka terpesona oleh keindahan alam dan keaslian budaya Desa Burai.
BACA JUGA:Melintasi Jejak Sejarah, Kisah Masjid Jamik Bengkulu di Balik Masa Pengasingan Bung Karno
Di tengah-tengah desa yang subur ini, terletak sebuah makam tua yang menjadi bukti hidup dari masa lalu yang penuh dengan misteri dan keajaiban.
Salah satu makam tua yang menonjol di Desa Burai adalah Makam Puyang Sang Darah Putih, yang menjadi pusat perhatian bagi wisatawan lokal dan mancanegara.
Legenda seputar Puyang Sang Darah Putih atau yang akrab disebut Usang Darah Puteh, membawa kita ke zaman dahulu di Kerajaan Kutai Ismal di Kalimantan Timur pada abad ke-14.
BACA JUGA:Meresapi Sejarah dan Keindahan Alam, Wisata Batu Kuda Destinasi Camping Ground yang Mempesona
BACA JUGA:Liburan Nataru di Wisata Linggarjati Kuningan Jawa Barat, Glamping dan Sambil Belajar Sejarah
Kiai Machyuddin, demikian pula namanya, diyakini memiliki kekuatan gaib yang membuatnya dicari banyak orang untuk mendapatkan berkahnya, terutama para pelaut dan nelayan yang memohon keberuntungan di laut.
Keunikan lain dari makam ini adalah kepercayaan masyarakat setempat bahwa di dalam ruangan makam tersebut tersimpan buku-buku pelajaran agama dan dokumen penting lainnya yang konon disembunyikan.
Hal ini menambah aura misteri dan keagungan dari tempat ini.
BACA JUGA:Libur Nataru : Mengungkap Kekayaan Sejarah Sumatera Selatan di Museum Balaputera Dewa Palembang
Namun, Makam Puyang Sang Darah Putih hanyalah satu dari sekian banyak peninggalan bersejarah di Desa Burai.
Desa ini juga menyimpan jejak perantau dari berbagai suku dan bangsa, termasuk Arab, Minang, dan Komering, yang datang untuk berdagang atau bahkan menetap di sini.
Jejak-jejak ini memberikan kesan multikultural yang kaya dalam kehidupan masyarakat Desa Burai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: