Wedang Ronde : Kehangatan Tradisi dalam Semangkuk Manis

Wedang Ronde : Kehangatan Tradisi dalam Semangkuk Manis

Di balik uap hangat semangkuk ronde, tersimpan kisah cinta budaya yang terus mengalir dalam setiap suapan.-Fhoto: Istimewa-

Proses Pembuatan yang Menggugah Selera

Membuat wedang ronde memang membutuhkan ketelatenan, namun hasil akhirnya sebanding dengan usaha yang dikeluarkan. Bola-bola ronde terbuat dari tepung ketan yang diberi isian kacang tanah sangrai dan gula merah.

BACA JUGA:Bika Ambon : Kue Tradisional Khas Medan yang Melegenda di Seluruh Nusantara

BACA JUGA:Pepes Belut Bumbu Woku, Inovasi Kuliner Nusantara yang Mencuri Perhatian Pecinta Makanan Pedas

Adonan ketan ini kemudian dibentuk bulat dan direbus hingga mengapung, tanda bahwa ronde sudah matang.

Air jahe dibuat dengan merebus jahe yang telah dimemarkan bersama gula merah dan daun pandan, menghasilkan aroma yang harum dan rasa yang menghangatkan tenggorokan.

Kombinasi antara kuah jahe dan isian dalam semangkuk wedang ronde menjadikannya pengalaman rasa yang memikat.

Daya Tarik Kuliner Malam

Di berbagai kota di Jawa, wedang ronde kerap dijajakan sebagai kuliner malam.

Pedagang kaki lima yang menjual minuman ini biasanya mulai berjualan selepas maghrib hingga larut malam.

Salah satunya adalah Pak Sastro, penjual wedang ronde keliling di kawasan Malioboro, Yogyakarta, yang telah berjualan sejak tahun 1985.

“Saya jualan sudah hampir 40 tahun. Dulu orang datang cuma karena kedinginan.

Sekarang banyak anak muda yang penasaran karena liat di media sosial,” ujar Pak Sastro sambil menuangkan kuah jahe hangat ke mangkuk pelanggannya.

Dengan harga yang relatif terjangkau, antara Rp10.000 hingga Rp20.000 per porsi, wedang ronde menjadi favorit bagi berbagai kalangan.

Baik wisatawan maupun warga lokal kerap mengunjungi penjual ronde untuk menikmati semangkuk kehangatan sambil mengobrol santai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: