Kue Lumpur Jakarta, Cita Rasa Tradisional yang Terus Bertahan di Tengah Modernisasi Ibu Kota

Kue lumpur khas Betawi ini bukan sekadar jajanan pasar, tapi juga bagian dari cerita masa kecil, kehangatan keluarga, dan tradisi yang terus hidup di tengah modernisasi Jakarta.-Fhoto: Istimewa-
Salah satunya adalah Rani (35), wisatawan asal Surabaya, yang membeli kue lumpur di pusat oleh-oleh di daerah Kemang.
“Awalnya saya kira ini seperti pancake.
Tapi pas coba, ternyata rasanya unik sekali, lembut dan tidak terlalu manis. Anak-anak saya juga suka,” katanya.
Di era digital ini, kue lumpur juga mendapat tempat di platform media sosial.
Beragam akun kuliner kerap membagikan video pembuatan kue lumpur secara detail, mulai dari adonan hingga proses pemanggangan.
Tak jarang pula muncul penjual-penjual rumahan yang memasarkan produk mereka melalui Instagram dan TikTok.
Salah satu contohnya adalah akun @lumpurjkt yang dikelola oleh dua kakak beradik, Rika dan Nanda.
Dalam satu bulan, mereka bisa menjual hingga 2.000 buah kue lumpur dengan berbagai rasa.
“Kami ingin membuktikan bahwa makanan tradisional tidak kalah keren dibanding dessert modern. Yang penting kemasannya menarik dan rasanya konsisten,” ujar Rika.
Di tengah gelombang globalisasi dan perubahan gaya hidup masyarakat urban, kue lumpur Jakarta tetap menunjukkan bahwa nilai-nilai tradisi bisa hidup berdampingan dengan inovasi.
Cita rasa yang sederhana namun mengesankan, serta nilai historis yang kuat, menjadikan kue lumpur tidak sekadar makanan, tapi bagian dari identitas budaya yang layak untuk dilestarikan.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: