Menkes Budi Gunadi Sadikin Bantah Indonesia Jadi Kelinci Percobaan Uji Klinis Vaksin TBC

Menkes Budi Gunadi Sadikin Bantah Indonesia Jadi Kelinci Percobaan Uji Klinis Vaksin TBC.-Palpos.id-Dokumen Palpos.id
Tuberkulosis adalah salah satu penyakit paling mematikan di Indonesia.
BACA JUGA:Gelar Skrining TBC dengan Intervensi Rontgen Dada, Ini Tujaannya bagi Warga Binaan
BACA JUGA:Manfaat Bunga Sepatu Untuk Menyembuhkan TBC
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, Indonesia adalah negara dengan beban TBC tertinggi kedua di dunia setelah India.
Setiap tahunnya, ratusan ribu orang terinfeksi, dan sekitar 100.000 di antaranya meninggal dunia.
Penyakit ini menyebar dengan mudah melalui udara, dan sering kali menyerang kelompok masyarakat yang rentan, termasuk warga dengan akses kesehatan terbatas, pekerja informal, dan komunitas padat penduduk.
Dalam beberapa tahun terakhir, kasus TBC resistan obat juga mulai meningkat, membuat penanganan penyakit ini semakin kompleks dan mahal.
Dalam konteks tersebut, pengembangan vaksin baru menjadi sangat krusial. Vaksin BCG yang selama ini digunakan memiliki efektivitas terbatas, terutama untuk orang dewasa.
Oleh karena itu, inovasi vaksin TBC baru dianggap sebagai harapan besar untuk mengurangi angka kematian dan memutus rantai penularan.
Vaksin TBC yang saat ini dalam proses uji klinis merupakan hasil kerja sama berbagai lembaga kesehatan dunia, termasuk dukungan dari Bill & Melinda Gates Foundation.
Dana hibah dari yayasan tersebut tidak hanya digunakan untuk penelitian, tetapi juga untuk menjamin standar keamanan dan kelayakan uji klinis.
Dana dari organisasi global semacam ini telah lama menjadi bagian penting dalam pembiayaan pengembangan vaksin di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia.
Tanpa dana tersebut, banyak penelitian kesehatan tidak akan pernah sampai pada tahap uji klinis atau distribusi massal.
Menkes Budi menegaskan bahwa Indonesia memiliki sistem regulasi uji klinis yang ketat, dan semua penelitian dilakukan sesuai dengan standar internasional yang mengutamakan keselamatan dan etika.
Dalam diskusi publik, selalu ada dilema antara membuka akses untuk uji klinis dan melindungi warga dari risiko yang tidak perlu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: