Ayam Cincane : Warisan Kuliner Khas Kalimantan Timur yang Kian Mendunia

Ayam Cincane : Warisan Kuliner Khas Kalimantan Timur yang Kian Mendunia

Kuliner khas Samarinda ini bukan cuma lezat—tapi juga sarat sejarah dan filosofi adat suku Kutai.-Fhoto: Istimewa-

"Bumbu rempahnya itu kompleks dan punya karakter yang kuat. Kalau dikemas dengan baik dan ditampilkan secara modern, ini bisa jadi salah satu ikon kuliner Indonesia di mata dunia," ujarnya.

Bahkan, beberapa UMKM kuliner di Samarinda mulai memproduksi bumbu Ayam Cincane instan dalam bentuk kemasan siap pakai.

Langkah ini memudahkan masyarakat luas, termasuk diaspora Indonesia di luar negeri, untuk memasak Ayam Cincane di rumah.

Tak dapat dimungkiri, Ayam Cincane kini menjadi salah satu daya tarik utama wisata kuliner di Kalimantan Timur.

Banyak wisatawan yang datang ke Samarinda atau Tenggarong sengaja mencicipi makanan ini langsung dari tempat asalnya.

Dinas Pariwisata Kota Samarinda juga telah menjadikan Ayam Cincane sebagai bagian dari paket promosi wisata daerah.

Dalam festival budaya tahunan seperti "Festival Mahakam" atau "Erau Adat Kutai," Ayam Cincane selalu menjadi sajian utama yang dinanti-nantikan pengunjung.

Meski popularitasnya meningkat, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah menjaga keaslian rasa di tengah gempuran modifikasi modern.

Beberapa pengamat kuliner mengingatkan agar inovasi tidak mengorbankan identitas asli Ayam Cincane.

"Kita harus hati-hati. Jangan sampai Ayam Cincane kehilangan rohnya karena terlalu mengikuti tren.

Modern boleh, tapi tetap harus menghormati tradisinya," ujar chef dan penulis buku kuliner, Wulan Ariyanti.

Pemerintah daerah dan pelaku industri kuliner pun kini berkolaborasi untuk menjaga keberlangsungan kuliner khas ini.

Pelatihan masak, lomba kuliner tradisional, dan edukasi bagi generasi muda terus digalakkan agar Ayam Cincane tetap hidup dan berkembang di tanah asalnya.

Ayam Cincane bukan sekadar makanan, melainkan warisan budaya yang mencerminkan nilai-nilai keramahan, kebersamaan, dan kekayaan rasa nusantara.

Di tengah arus globalisasi dan tren makanan cepat saji, kehadirannya menjadi pengingat bahwa kuliner tradisional tetap memiliki tempat di hati masyarakat — tidak hanya sebagai sajian lezat, tetapi juga sebagai identitas bangsa.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: