Jalangkote, Cita Rasa Khas Makassar yang Terus Menyapa Lidah Nusantara

"Jalangkote bukan sekadar makanan ringan, tapi bagian dari budaya kami," ujar Andi Nurhalisa, pemilik warung jalangkote legendaris di Jalan Somba Opu, Makassar.

Ia sudah menjual jalangkote sejak 1985 dan kini bisnisnya diteruskan oleh anak-anaknya.

BACA JUGA:Nasi Uduk : Warisan Kuliner Nusantara yang Tetap Digemari di Tengah Arus Modernisasi

BACA JUGA:Tongseng : Lezatnya Cita Rasa Tradisional yang Tak Pernah Lekang oleh Waktu

"Dari dulu, kalau ada acara keluarga, hajatan, atau arisan, pasti ada jalangkote. Ini seperti simbol kebersamaan."

Meski zaman terus berubah dan makanan modern makin banyak bermunculan, pamor jalangkote tak pernah surut.

Di berbagai sudut kota Makassar, kios-kios penjual jalangkote tetap ramai dikunjungi, terutama pada sore hari menjelang waktu santai atau buka puasa di bulan Ramadan.

Bahkan, jalangkote kini mulai dikenal di luar Sulawesi Selatan.

Beberapa restoran di Jakarta, Surabaya, hingga Yogyakarta mulai memasukkan jalangkote ke dalam daftar menu mereka sebagai representasi kuliner Sulsel.

Inovasi pun bermunculan — dari jalangkote isi ayam suwir, tuna, hingga varian vegan untuk menjangkau lebih banyak konsumen.

"Awalnya kami hanya jual di rumah, tapi setelah promosi lewat media sosial, peminat dari luar kota mulai berdatangan," kata Irmawati, pengusaha muda asal Gowa yang menjual jalangkote beku secara online.

"Sekarang kami kirim jalangkote frozen ke Bandung dan Bali hampir setiap minggu."

Dalam beberapa tahun terakhir, upaya pelestarian jalangkote sebagai warisan kuliner lokal semakin diperkuat.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan kerap mengadakan lomba memasak jalangkote serta pelatihan kewirausahaan bagi UMKM yang menjual makanan tradisional.

"Kami ingin generasi muda tetap mengenal makanan lokal seperti jalangkote.

Sumber: