Ketan Susu, Jajanan Tradisional yang Tetap Digemari di Tengah Gempuran Kuliner Modern

Ketan Susu, Jajanan Tradisional yang Tetap Digemari di Tengah Gempuran Kuliner Modern

Ketan susu camilan sederhana yang penuh makna.-Fhoto: Istimewa-

PALPOS.ID - Di tengah maraknya tren makanan kekinian dan invasi kuliner asing yang semakin mendominasi pasar, keberadaan jajanan tradisional Indonesia masih menunjukkan eksistensi yang kuat.

Salah satu yang masih digemari masyarakat dari berbagai kalangan usia adalah ketan susu — hidangan sederhana namun sarat makna dan cita rasa.

 

Ketan susu, seperti namanya, merupakan perpaduan antara ketan putih kukus yang pulen dengan susu kental manis sebagai pelengkap.

Beberapa penjual juga menambahkan topping seperti keju parut, meses, atau kelapa sangrai untuk menambah cita rasa dan menarik perhatian konsumen muda.

BACA JUGA:Dango : Kuliner Tradisional Jepang yang Manis dan Menggoda Selera

BACA JUGA:Nikmatnya Mango Sticky Rice : Hidangan Tradisional Thailand yang Mendunia

Jajanan ini tak hanya lezat dan mengenyangkan, tetapi juga membawa kenangan akan masa kecil bagi banyak orang Indonesia.

 

 

Ketan sendiri sudah dikenal luas dalam berbagai budaya daerah di Indonesia.

Bagi sebagian masyarakat Jawa dan Sunda, ketan memiliki nilai simbolik tersendiri.

Ketan yang lengket melambangkan persaudaraan dan kebersamaan.

BACA JUGA:Inovasi Kuliner dari UMKM Lokal: Nugget Pisang Jadi Primadona Baru di Pasar Camilan

BACA JUGA:Roti Goreng Madu : Inovasi Camilan Tradisional yang Kembali Viral

Biasanya disajikan dalam acara syukuran, selamatan, atau hari besar keagamaan.

 

Inovasi ketan susu diperkirakan mulai populer di perkotaan sejak tahun 1990-an, ketika susu kental manis mulai banyak digunakan dalam berbagai jenis makanan ringan.

Perpaduan antara rasa manis, gurih, dan tekstur ketan yang kenyal menciptakan sensasi yang unik, dan menjadikannya favorit di kalangan pelajar, mahasiswa, hingga pekerja kantoran yang ingin camilan murah meriah namun memuaskan.

 

 

Salah satu tempat yang dikenal sebagai pelopor sekaligus ikon dari jajanan ini adalah Warung Ketan Susu Gondangdia, Jakarta Pusat.

BACA JUGA:Fenomena Roti Goreng Isi Keju : Camilan Kekinian yang Bikin Ketagihan

BACA JUGA:Chicken Egg Roll, Camilan Lezat dan Praktis yang Kian Digemari Masyarakat

Berdiri sejak tahun 1960-an, warung sederhana ini dulunya hanya menjual ketan kukus dengan taburan kelapa parut dan sedikit gula.

Namun seiring waktu, pemilik mulai menambahkan susu kental manis sebagai pelengkap.

 

“Dulu, orang tua saya hanya jual ketan kelapa. Tapi karena banyak pelanggan minta yang manis-manis, akhirnya ditambahkan susu.

Ternyata disukai, dan sampai sekarang jadi menu utama di sini,” ujar Haryono (56), generasi kedua pengelola warung tersebut.

 

Setiap malam, puluhan pengunjung memadati warung ini untuk menikmati sepiring ketan susu hangat, ditemani teh manis atau kopi hitam.

Tak jarang, pengunjung harus antre untuk mendapatkan tempat duduk. Suasana nostalgia dan kehangatan yang ditawarkan menjadi daya tarik tersendiri.

 

 

Seiring dengan perkembangan teknologi dan selera pasar, para pelaku usaha ketan susu pun mulai berinovasi.

Kini, banyak pelaku UMKM dan food startup menghadirkan ketan susu kekinian dengan tampilan lebih menarik dan rasa yang bervariasi.

Beberapa di antaranya menambahkan topping seperti es krim, boba, bahkan matcha atau cokelat Belgia.

 

Selain inovasi rasa, distribusi ketan susu juga telah merambah ke platform digital.

Di berbagai aplikasi pemesanan makanan daring, ketan susu kini mudah ditemukan dan dipesan hanya dalam beberapa sentuhan layar ponsel.

 

Salah satu UMKM di Bandung, “Ketan Delight”, mengaku omzet mereka meningkat dua kali lipat sejak bergabung dengan aplikasi pengiriman makanan.

“Kami memanfaatkan media sosial untuk promosi. Ternyata banyak anak muda yang penasaran dan akhirnya suka.

Mereka bilang, ini camilan yang ‘old but gold’,” ujar Clara, pemilik usaha.

 

 

Meski tetap populer, keberlangsungan usaha ketan susu juga menghadapi tantangan.

Harga bahan pokok seperti beras ketan, susu kental manis, dan keju terus mengalami fluktuasi.

Beberapa pedagang harus menyesuaikan harga jual atau bahkan mengurangi porsi agar tetap bisa bersaing.

 

“Banyak pelanggan sensitif harga. Kalau naik seribu dua ribu, langsung ada yang komplain.

Padahal harga bahan naik terus,” keluh Rina, penjual ketan susu keliling di area kampus di Yogyakarta.

 

Selain itu, munculnya jajanan viral yang terus berganti tren juga membuat para pelaku usaha ketan susu harus terus berinovasi agar tidak ditinggalkan.

 

 

Meski tantangan terus ada, semangat untuk melestarikan ketan susu sebagai bagian dari kuliner tradisional tidak pernah padam.

Banyak komunitas pecinta kuliner, food blogger, hingga pemerintah daerah terus mendorong promosi makanan tradisional melalui festival kuliner dan pelatihan UMKM.

 

“Ketan susu itu bukan cuma makanan, tapi bagian dari budaya kita. Jangan sampai generasi muda lebih kenal croffle daripada ketan susu,” ujar Didi Mulya, pengamat kuliner nusantara.

 

Dengan adaptasi yang tepat, strategi pemasaran yang inovatif, dan dukungan dari berbagai pihak, ketan susu diprediksi akan terus bertahan dan bahkan berkembang sebagai camilan lokal yang mampu bersaing di era globalisasi kuliner.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: