Makan Tanah Beresiko Terpapar Kotoran Hewan dan Manusia

Kamis 12-01-2023,22:31 WIB
Reporter : Septi
Editor : Erika

Sebenarnya, dari sudut pandang dokter kejiwaan peristiwa ini dikenal dengan istilah pica

Pica yang artinya gangguan makan  yang disebabkan adanya gangguan tumbuh kembang atau prilaku atau autism

Sementara dari sisi kesehatan tubuh, makan tanah memiliki resiko cukup besar, beberapa peneliti menilai praktek geophagy berisiko untuk terpapar produk buangan atau kotoran.

“Seperti produk buang hewan, manusia, telur parasit seperti cacing dan dari hasil penelitian observasi juga melihat adanya istilah sindrom geofagik pada beberapa wilayah yakni kejadian anemia dan defisiensi seng,” jelas Monik.

 

Meskipun dalam sejarahnya dilakukan masyarakat bagian selatan Amerika dan wilayah Africa, umumnya dilakukan pada wanita hamil karena dianggap memiliki efek anti mual dan ada nilai unsur gizi. 

Menurut kelompok ini di dalam tanah liat terdapat unsur hara mikro/makro tambahan yang mungkin tidak ada dalam pola makan sehari-hari. 

Tanah liat dianggap mempunyai kemampuan mendetoksifikasi senyawa sekunder dalam makanan, serta dapat mencegah lambung dan usus dari substansi senyawa biokimia berbahaya.

Sehingga dianggap dapat meningkatkan ketahanan terhadap penyakit saluran cerna.

 

Selain itu, tanah liat yang mengandung kaolin terbuat dari silikat terhidrasi dan stabil dalam kondisi alam. Kandungan kaolin berupa alumunium oksida sebesar 37 hingga 39% , silika oksida sebesar 45-47%, besi oksida, titanium oksida, kalsium oksida, natrium dan kalium oksida.  

“Beberapa senyawa kaolin ini dianggap  memberikan dampak baik untuk kesehatan,” paparnya.

Dari penelitian ilmiah memaparkan bahwa praktek geophagy cenderung menyebabkan pengkonsumsinya risiko terpapar logam dan potensial toksisitas seperti timbal, nikel, cobalt cadmium, merkuri. 

“Logam tersebut bersifat permanen, sulit untuk didegradasi dan dapat memberi dampak buruk untuk kesehatan jangka panjang,” tutup Monik.*

Kategori :