Ketika orangtua perempuan mengetahui bahwa putrinya tidak pulang, mereka akan melaporkannya ke bupati.
Setelah itu, pengantin pria akan mengunjungi rumah orangtuanya untuk menginformasikan bahwa putri mereka telah 'kawin lari'.
6. Tradisi Nyantri
Berbeda dengan Pingitan Jawa, tradisi Nyantri dari Kasultanan Jogjakarta mengharuskan mempelai pria untuk tinggal di kediaman mempelai wanita beberapa hari sebelum pernikahan.
Disebabkan karena perjodohan pada zaman dahulu di mana kedua mempelai tidak saling mengenal.
Ujung-ujungnya, bisa memprovokasi salah satu pihak yang terlibat untuk meninggalkan pernikahan.
Untuk mencegah hal itu terjadi di masa depan, pengantin pria biasanya diminta untuk tetap dekat dengan pengantin wanitanya.
Ini tidak berarti dia akan tidur di rumah pengantin wanita tetapi tinggal di rumah kerabat atau tetangganya.
7. Tradisi Pengadangan
Tradisi adat pernikahan ini ditemui di Suku Ogan Provinsi Sumatera Selatan.
Suku yang mendiami dataran tinggi Sumatra Selatan ini memiliki tradisi pernikahan yang unik.
Pada pernikahan Suku Ogan, calon pengantin laki-laki akan diberi rintangan dan dihalangi untuk bertemu dengan pengantin perempuan menggunakan selendang panjang.
Tujuannya, agar dapat bertemu dengan calon istrinya, ia harus membawakan benda-benda yang diminta oleh penjaga sang pengantin perempuan.
8. Tradisi Meuleum Harupat
Pada prosesi pernikahan tradisional Sunda, seorang pengantin pria akan memegang 7 batang lidi, yang kemudian disulut dengan api oleh sang istri.
Calon pengantin pria itu lalu akan mencelupkan lidi yang terbakar tersebut ke dalam kendi berisi air untuk memadamkan apinya.