Wajid, Cita Rasa Tradisional yang Bertahan di Tengah Modernisasi Kuliner

Di balik lengket dan manisnya wajid, tersimpan kisah budaya dan kehangatan keluarga. -Fhoto: Istimewa-
PALPOS.ID – Di tengah arus modernisasi kuliner dan serbuan makanan cepat saji, makanan tradisional Indonesia tetap mempertahankan eksistensinya.
Salah satu kudapan khas yang masih bertahan dan digemari masyarakat adalah wajid, makanan manis berbahan dasar ketan dan gula merah yang banyak ditemukan di Sulawesi Selatan, terutama di daerah Enrekang dan Bone.
Wajid (kadang disebut wajik di beberapa daerah) merupakan makanan khas yang biasanya disajikan pada acara-acara adat, pernikahan, hingga hari raya keagamaan.
Di Enrekang, wajid bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga bagian dari identitas budaya dan simbol kebersamaan dalam masyarakat.
BACA JUGA:Bingka Labu : Kelezatan Tradisional yang Tetap Eksis di Tengah Perubahan Zaman
BACA JUGA:Pulut Serondeng : Hidangan Khas yang Memikat Selera
Wajid telah dikenal sejak ratusan tahun lalu. Dalam bahasa Bugis atau Makassar, kata “wajid” merujuk pada makanan manis yang dibuat dari campuran ketan yang dikukus, dimasak dengan gula merah, dan santan kelapa.
Proses pembuatannya tidak mudah dan membutuhkan ketelatenan serta kesabaran.
Filosofi di balik wajid sangat mendalam. Ketika ketan yang lengket dipadukan dengan manisnya gula merah, itu melambangkan persatuan dan keakraban dalam keluarga atau masyarakat.
Hidangan ini sering diberikan sebagai tanda kasih sayang atau rasa syukur, terutama dalam perayaan besar seperti Maulid Nabi, Idul Fitri, dan pesta adat.
BACA JUGA:Nikmatnya Mango Sticky Rice: Perpaduan Manis Gurih yang Mendunia
BACA JUGA:Thai Rice Noodle, Hidangan Lezat Thailand yang Kian Diminati Pecinta Kuliner di Indonesia
Menurut Hj. Mariani, seorang pengrajin wajid asal Enrekang yang telah membuat wajid selama lebih dari 30 tahun, makanan ini bukan hanya untuk dikonsumsi, tetapi juga untuk diwariskan.
“Wajid ini adalah warisan dari orang tua kami. Bukan hanya soal rasa, tapi soal makna. Kalau ada hajatan, wajid itu wajib ada,” ujarnya saat ditemui di rumah produksinya di kawasan Baraka, Enrekang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: