Berdasarkan tuturan warga setempat, Desa Sungsang terbentuk sejak abad ke-17.
Di masa Kesultanan Palembang, Desa Sungsang dipimpin ngabehi atau kepala dusun bernama Ladjim.
Kesultanan Palembang juga menunjuk Paluwo sebagai demang, yang tugasnya mengawasi lalu lintas pelayaran di muara Sungai Musi.
Demang Paluwo dan Ngabehi Ladjim kemudian bebesan atau anak mereka dinikahkan.
Sebagian besar masyarakat Sungsang keturunan Demang Paluwo dan NGabehi Ladjim ini.
2. Tempat Pelelangan Ikan
Sungsang merupakan daerah penghasil ikan laut, udang dan kepiting di Sumatera Selatan.
Letaknya di antara Pulau Bangka dan Laut Cina Selatan membawa berkah tersendiri.
Hampir seluruh jenis ikan tersimpan di laut Sungsang.
Sungsang juga merupakan tempat pelelangan ikan (TPI) di Sumatera Selatan.
Lokasi TPI berada di Desa Sungsang IV dan semua ikan dan udang hasil tangkapan nelayan dijual di sini.
Tentunya harga ikan dan udang segar hasil tangkapan nelayan di TPI jauh lebih murah dibanding sudah masuk pasar Tradisional di Palembang.
3. Tradisi Daun Nipah
Memiliki topografi yang mayoritas perairan, Sungsang banyak ditumbuhi pohon nipah.
Masyarakat Sungsang menjual daun nipah ke Palembang dan Jambi.
Daun nipah ini dijadikan bahan pembuatan tikar, aneka keranjang, caping, sapu lidi, dan pembungkus rokok tembakau.