PALEMBANG, PALPOS.ID - Sejumlah jurnalis di Kota Palembang bersama-sama menandatangani deklarasi yang menegaskan komitmen mereka untuk menjunjung tinggi independensi dan mewujudkan jurnalisme berkualitas selama proses peliputan Pemilu 2024 yang akan datang.
Deklarasi bertajuk "Jurnalis Bukan Jurkam" ini dihadiri oleh perwakilan dari PWI Sumsel, AJI Palembang, IJTI Sumsel, PFI Palembang, IWO Sumsel, FJP Sumsel, JMSI Sumsel, SMSI Sumsel, Akademisi Universitas Sriwijaya, Stisipol Candradimuka, dan Forum Komunikasi Pers Mahasiswa Sumsel.
"Kami sepakat untuk mewujudkan jurnalisme berkualitas dan mengawal proses pemilu secara demokratis, sehingga terpilih pemimpin yang sesuai dengan harapan masyarakat," ungkap Ketua AJI Palembang, Fajar Wiko setelah deklarasi.
BACA JUGA:Kerap Dikaitkan dengan Hal Mistik, Ini 13 Manfaat Daun Kelor Secara Ilmiah
Deklarasi ini, lanjut Wiko, menjadi bagian dari tanggung jawab pers sebagai pilar demokrasi dan kontrol sosial yang telah diamanatkan oleh undang-undang.
Para jurnalis yang menandatangani deklarasi ini merupakan peserta dari pelatihan "Mis-Disinformasi" yang diinisiasi oleh AJI Kota Palembang dengan dukungan dari AJI Indonesia dan Google News Initiative.
"Deklarasi ini juga mencerminkan komitmen jurnalis dan pewarta di Kota Palembang untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat, seiring dengan peningkatan kemampuan dan pemahaman mereka mengenai gangguan informasi yang dapat muncul menjelang dan selama pemilu," jelasnya.
Pelatihan ini, diselenggarakan selama dua hari dengan pelatih utama Zainudin Muda dari Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Gajah Mada dan Nurika Manan dari AJI Indonesia.
Dalam konteks pekerjaan jurnalistik, Zainuddin menyebut bahwa seringkali muncul gangguan informasi yang dikenal dengan istilah hoaks. Namun, ia menekankan bahwa ada berbagai jenis, kategori, dan pola gangguan informasi yang dapat mengaburkan substansi dan fakta dalam pemberitaan.
"Kami senang melihat antusiasme para jurnalis di Kota Palembang. Kami berharap semangat yang ditanamkan selama pelatihan dapat terus dijaga dalam menjalankan tugas peliputan pemilu yang akan datang," ujarnya.
BACA JUGA:8.835 WBP di Sumsel Mendapatkan Pembinaan Kepribadian Serta Pembinaan Kemandirian
Nurika Manan, salah satu pelatih dari AJI Indonesia, menjelaskan bagaimana jurnalis dapat melawan informasi yang tidak benar dan bertanggung jawab dalam peliputan mereka.
Menurutnya, informasi yang salah dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk pejabat pemerintah, aparat penegak hukum, atau narasumber pemberitaan.
"Gangguan informasi ini akan banyak muncul menjelang pemilu, terutama di media sosial. Oleh karena itu, para jurnalis perlu dilengkapi dengan sejumlah keterampilan melalui pelatihan mis-disinformasi ini," ujarnya.