Terkini para pelaku kejahatan siber juga terus memanfaatkan perkembangan teknologi digital yang ada untuk membentuk modus kejahatan baru.
"Seperti kasus pencurian data menggunakan file berjenis Application Package File atau APK berkedok undangan pernikahan maupun dengan memanfaatkan fasilitas di platform media sosial yang berpotensi menyebabkan terjadinya penipuan atau pencurian data pribadi," papar Astrid.
Forum diskusi menghadirkan narasumber pakar keamanan siber dan forensik digital dari Vaksincom Alfons Tanujaya dan Influencer yang juga penyanyi asal Papua Michael Jakarimilen.
Alfons mengungkap jika kini Data adalah "new oil" yang merupakan komoditas yang sangat berharga di muka bumi.
"Kita hari ini takut dengan begal, tapi hari-hari ini yang lebih menakutkan itu begal digital," ungkap Alfons. Selanjutnya ia menerangkan perbedaan antara di ramponk dan diretas. "Dirampok cuma sendiri yang jadi korban, tapi kalau diretas korbanya orang-orang di sekitar kita, seperti kasus undangan pernikahan tadi," papar Alfons.
Menurutnya, teknologi AI (Artificial Intellegence) atau Kecerdasan Buatan memungkin pelaku kejahatan melakukan aksinya dengan memanfaatkan data pribadi.
"Siapa saja dengan berbekal AI bisa jadi pelaku kejahatan," kata Alfons. Ia melanjutkan bahwa untuk bisa bertahan dalam mengantisipasi kejahatan cyber tersebut bisa dengan menggunakan yang disebut "Call Paman Onetime" yaitu singkatan dari penggunaan aplikasi True Caller-Password Manager-One-time Password (OTP).
Kemudian Alfons menjelaskan bahwa rekayasa sosial adalah hal paling sering dipakai modus penjahat siber untuk memperoleh informasi data.
"Intinya ketika dikirim link aplikasi (contoh: link aplikasi undangan pernikahan) jangan diizinkan untuk mengakses ponsel kita sebelum cari tahu kejelasan tentang aplikasi tersebut," terang Alfons.
Menyikapi fenomena tersebut, Michael menyarankan sebaiknya menghindari kejahatan siber seperti pencurian data pribadi dengan berhati-hati di media sosial.
"Sebaiknya bijak saat bersosialisasi di dunia maya, jangan membagikan hal-hal yang belum jelas atau negatif, mari bagikan cara-cara menghindari pencurian data pribadi tadi," saran Michael.
Lalu Michael membagikan pengalamanya, yakni ketika ia diminta oleh manajernya untuk tidak mengupload foto KTP dan tiket pesawat sebagai salah satu status di media sosialnya.
"Kirim foto boarding pass tiket saja, segera hapus Kaka foto KTP dan tiket pesawatnya itu berbahaya!" ujar Micahel meniru ucapan managernya.
Alfons juga mengingatkan, bahwa foto boarding pass juga berbahaya, "Hati-hati sebelum sharing". *