Pembatalan Program Pesawat Pengintai Bersenjata Masa Depan tidaklah sendirian dalam perubahan yang dilakukan oleh Angkatan Darat AS.
Langkah lain termasuk penghentian produksi UH-60V Black Hawk yang ditingkatkan, penundaan produksi Improved Turbine Engine (ITEP), dan penghentian penggunaan sistem tak berawak lama seperti RQ-7 Shadow dan RQ-11 Raven.
Reaksi dan Prospek Masa Depan
BACA JUGA:Frigat Kelas Thaon Bakal Jadi Frigat Terpanjang untuk TNI AL Jika Dibeli Indonesia
BACA JUGA:Indonesia dan Turki Berkolaborasi Untuk Membuat Rudal Nasional
Keputusan ini tentu akan mengundang reaksi dari Kongres AS, yang memiliki otoritas untuk menyetujui atau menolak perubahan anggaran semacam ini.
Selain itu, pembatalan program FARA tidak akan langsung berdampak pada kegiatan prototyping yang sedang berlangsung, dengan kompetisi fly-off antara Bell 360 Invictus dan Sikorsky Raider X dijadwalkan berlangsung hingga akhir tahun.
Pembatalan mendadak Program Pesawat Pengintai Bersenjata Masa Depan oleh Angkatan Darat AS mencerminkan perubahan mendalam dalam strategi pertahanan mereka, dengan penekanan yang lebih besar pada teknologi pengintaian udara tak berawak.
BACA JUGA:Negara-Negara Mana Saja Yang Pernah Dilatih Oleh Tentara Nasional Indonesia ?
BACA JUGA:Fearless 60 Patrol Vessel: Tantangan Serius bagi Dominasi KCR 60M Buatan PT PAL
Meskipun langkah ini tidak diambil dengan ringan, akan menarik untuk melihat bagaimana evolusi ini memengaruhi kemampuan pertahanan AS di masa depan.***