Pembatasan penggunaan koteka secara resmi dimulai pada tahun 1964 dengan dimulainya kampanye antikoteka.
Pada tahun 1971, dilakukan distribusi pakaian dan celana untuk penduduk Papua.
Namun, distribusi ini tidak diiringi dengan pemberian sabun cuci baju, sehingga pakaian yang sudah dipakai menjadi kotor dan tidak pernah dicuci.
Hal ini menyebabkan banyak penduduk Papua menderita penyakit kulit sebagai dampak dari perubahan tersebut.
Koteka, sebagai bagian dari tradisi berpakaian Papua, memiliki makna yang dalam bagi penduduk asli Papua.
Meskipun penggunaannya mulai berkurang akibat perubahan sosial dan budaya, koteka tetap menjadi simbol penting dari identitas budaya Papua.
Dengan perubahan zaman, penting untuk tetap menghargai dan memahami nilai-nilai budaya yang terkandung dalam penggunaan koteka, serta melindungi warisan budaya ini agar tetap lestari bagi generasi mendatang.***