Menurut Bahlil, pasangan Prabowo-Gibran merupakan representasi dari kelanjutan program-program yang telah dijalankan oleh pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin.
Pernyataan ini menegaskan posisi Golkar yang ingin melanjutkan keberhasilan pemerintahan Jokowi, sambil tetap memainkan peran strategis dalam politik nasional.
Namun, pernyataan Bahlil ini juga memunculkan kontroversi, terutama terkait dengan istilah "Raja Jawa" yang ia gunakan dalam pidatonya.
Bahlil menyebutkan bahwa sosok "Raja Jawa" memiliki pengaruh besar dalam politik Indonesia, meskipun ia tidak secara eksplisit menyebutkan siapa yang dimaksud.
Ucapan ini menimbulkan berbagai spekulasi di kalangan kader Golkar dan pengamat politik, yang mencoba menafsirkan siapa sebenarnya "Raja Jawa" yang dimaksud oleh Bahlil.
Jokowi dan Golkar: Sejarah dan Potensi Masa Depan
Hubungan antara Jokowi dan Golkar bukanlah hal baru. Sebagai partai besar, Golkar telah beberapa kali menjalin hubungan politik yang erat dengan Jokowi, terutama dalam mendukung kebijakan pemerintahannya.
Di sisi lain, Jokowi juga memiliki hubungan baik dengan beberapa petinggi Golkar, termasuk Bahlil Lahadalia.
Oleh karena itu, spekulasi mengenai penunjukan Jokowi sebagai Dewan Pembina Golkar bukanlah sesuatu yang mustahil.
Jika Jokowi benar-benar ditunjuk sebagai Dewan Pembina Golkar, hal ini bisa menjadi langkah strategis bagi partai.
Kehadiran Jokowi dapat memperkuat posisi Golkar dalam pemerintahan, sekaligus memberikan pengaruh besar dalam keputusan politik partai.
Namun, langkah ini juga memiliki risiko, terutama jika dianggap sebagai upaya untuk mempertahankan kekuasaan kelompok tertentu di dalam partai.