Harga Batu Bara Anjlok di Pasar Global: Terdampak Penurunan Permintaan Energi Fosil

Rabu 11-09-2024,12:40 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Yen_har

BACA JUGA:Dewan Berang Truk Batu Bara Curi Start Melintas

Di sisi lain, beberapa saham emiten lain justru mencatatkan kenaikan yang cukup baik, seperti PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) yang naik 275 poin atau sekitar 2%, dengan harga saham mencapai Rp14.025 per lembar. 

PT Indika Energy Tbk (INDY) juga mengalami kenaikan sebesar 25 poin atau 1,75%, sehingga harga sahamnya mencapai Rp1.475.

Namun, saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) harus menghadapi penurunan tajam, dengan koreksi sebesar 1.125 poin atau 4,13%, dan kini diperdagangkan pada harga Rp26.100 per saham.

Faktor Penurunan Harga Batu Bara: Pergeseran Energi Global

Salah satu faktor utama di balik penurunan harga batu bara adalah pergeseran kebijakan energi global menuju energi terbarukan. 

Banyak negara, terutama di Eropa dan Amerika Utara, telah meningkatkan investasi mereka dalam sumber energi ramah lingkungan, seperti tenaga surya, angin, dan hidroelektrik. 

Selain itu, kebijakan penurunan emisi karbon yang diadopsi oleh banyak negara maju juga semakin memperkuat tren penurunan permintaan terhadap batu bara.

Di Asia, negara-negara seperti China dan India, yang selama ini menjadi konsumen terbesar batu bara dunia, juga mulai mengurangi penggunaan energi fosil. 

China, misalnya, telah berinvestasi besar-besaran dalam proyek energi terbarukan dan upaya dekarbonisasi, sementara India semakin berfokus pada pengembangan sumber energi berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan listrik domestiknya.

Seiring dengan berkurangnya permintaan global untuk batu bara, para analis memperkirakan bahwa harga komoditas ini akan terus menghadapi tekanan di masa depan, terutama jika negara-negara penghasil utama batu bara tidak mengubah strategi mereka dan beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan.

Tren Koreksi Harga Batu Bara di Indonesia

Kondisi penurunan harga batu bara tidak hanya terjadi di pasar internasional, tetapi juga berdampak pada pasar domestik. Pada Maret 2024, harga batu bara acuan (HBA) mengalami koreksi hingga 12%. 

Batu bara dengan nilai kalor 6.322 kcal per kilogram GAR, yang biasanya dijadikan acuan untuk penyediaan listrik dan bahan bakar industri, turun dari US$124,95 per ton pada Februari menjadi US$109,77 per ton pada Maret.

Penurunan harga ini tidak hanya mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia, tetapi juga mengganggu pendapatan negara yang berasal dari sektor pertambangan. 

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor batu bara pada Februari 2024 turun 18,73% secara tahunan menjadi US$2,59 miliar, dibandingkan dengan US$3,19 miliar pada Februari 2023. 

Kategori :