Setelah itu dicampur dengan santan dan gula merah, kemudian dimasak hingga menjadi adonan padat yang manis dan lembut.
BACA JUGA:Rendang Daging Sapi : Warisan Kuliner Nusantara yang Mendunia
Adonan ini kemudian dibungkus dengan kulit kue dari tepung ketan yang dibentuk seperti mangkuk.
Kue kemudian dikukus hingga matang sempurna, menghasilkan tampilan yang menggoda dengan aroma yang khas.
Salah satu keunikan kue muso adalah rasa talasnya yang kuat namun tidak membuat enek.
Talas yang digunakan biasanya adalah talas lokal yang memiliki rasa gurih alami dan warna ungu yang mencolok tanpa pewarna buatan.
Dalam beberapa tahun terakhir, tren kembali ke makanan tradisional mendorong kue muso mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat luas.
Di media sosial, banyak konten kreator kuliner yang mengulas kue muso, bahkan membuat versi kreasi modern dengan tambahan topping seperti keju, cokelat, dan biji wijen.
Menurut Lusi Herlina (42), seorang pelaku UMKM di Palembang yang memproduksi kue muso sejak 2018, permintaan akan kue ini meningkat pesat terutama menjelang hari-hari besar.
“Dulu saya hanya buat kalau ada pesanan keluarga.
Sekarang saya bisa produksi ratusan kue setiap minggu, bahkan sering kirim ke Jakarta dan Bandung,” ujarnya.
Lusi menambahkan bahwa kue muso tidak hanya memiliki rasa yang enak, tapi juga menyimpan nilai budaya. “Anak-anak sekarang mungkin tidak tahu makanan ini kalau tidak kita kenalkan.
Makanya saya sengaja mempertahankan resep asli dan bentuk tradisionalnya,” imbuhnya.
Pemerintah Kota Lubuklinggau dan Dinas Pariwisata Sumatra Selatan turut mendorong pelestarian kue muso sebagai bagian dari kekayaan kuliner daerah.
Melalui festival makanan tradisional dan lomba masak, kue muso kerap dijadikan salah satu ikon kuliner lokal yang dipromosikan ke tingkat nasional.