Bahkan, ia menyebut mata uang fiat seperti dolar AS sebagai "uang palsu" karena terus mengalami inflasi dan kehilangan nilai secara sistemik.
“Uang fiat adalah ilusi. Saya menyiapkan standar sendiri: emas, perak, dan Bitcoin. Itu bukan investasi—itu asuransi dari kehancuran,” tegasnya dalam wawancara terbaru.
Meski Bitcoin merupakan bagian dari strategi Kiyosaki, tahun 2025 bukan tahun yang mudah bagi kripto.
Data menunjukkan bahwa dalam tiga bulan pertama tahun ini, Bitcoin turun hampir 15% YTD, kini berada di kisaran US$79.662.
Di sisi lain, emas melesat 20,67%, menjadikannya aset dengan performa terbaik di antara trio favorit Kiyosaki.
Perak, sebagai logam mulia kedua setelah emas, juga menunjukkan performa cukup positif dengan kenaikan 7% YTD, meskipun masih jauh dari prediksi Kiyosaki yang menyebut harganya bisa menembus US$70 per ons.
Harga perak saat ini tercatat berada di US$30,09 per ons, menandakan ada potensi kenaikan lanjutan jika tekanan inflasi dan ketidakstabilan ekonomi terus berlanjut.
Kiyosaki menekankan bahwa portofolio yang sehat di era modern bukan hanya berisi saham dan obligasi, tetapi perlu ditopang oleh aset riil seperti emas, perak, dan kripto.
Ia juga melontarkan kritik tajam terhadap kebijakan ekonomi Donald Trump di periode keduanya sebagai presiden, menyebutnya dengan istilah “DOGE CHAINSAW MASSACRE”, yakni kondisi berbahaya akibat defisit anggaran yang tinggi dan cetak uang besar-besaran.
Menurutnya, strategi menyimpan kekayaan di aset keras adalah bentuk pertahanan terhadap potensi keruntuhan sistem keuangan global.
Strategi Investasi Emas yang Bijak: Panduan untuk Investor Pemula
Melihat dinamika ini, masyarakat Indonesia yang ingin ikut berinvestasi emas perlu mempertimbangkan beberapa hal:
1. Fokus pada Tujuan Jangka Menengah dan Panjang
Harga emas bisa sangat volatil dalam jangka pendek. Maka, idealnya investasi dilakukan untuk jangka waktu minimal 1-3 tahun, atau bahkan lebih lama.
2. Diversifikasi Portofolio
Jangan taruh semua dana di emas. Sebaiknya investor tetap menyeimbangkan portofolio dengan instrumen lain seperti reksadana, obligasi, atau properti.