PALPOS.ID – Di tengah maraknya jajanan kekinian dan camilan modern, kue biji ketapang tetap mempertahankan eksistensinya sebagai salah satu kue tradisional favorit masyarakat Indonesia.
Cita rasanya yang gurih dan renyah membuatnya terus dicari, terutama saat momen-momen spesial seperti Ramadan dan Lebaran.
Kue biji ketapang merupakan salah satu jenis kue kering khas Betawi yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Nama “biji ketapang” berasal dari bentuknya yang menyerupai biji buah ketapang, bulat lonjong dan kecil.
BACA JUGA:Kue Tradisional Khas Jawa: Kue Blinjo Kembali Populer di Tengah Gempuran Kuliner Modern
BACA JUGA:Kue Lontar, Warisan Rasa dari Papua yang Mulai Mendunia
Meskipun ukurannya mungil, rasa yang ditawarkan kue ini sangat khas dan menggoda.
Menurut sejarahnya, kue biji ketapang mulai dikenal masyarakat Betawi sejak era kolonial Belanda.
Kue ini awalnya dibuat sebagai camilan rumahan, terutama ketika menjelang hari besar Islam seperti Idul Fitri.
Seiring waktu, kue ini menyebar ke berbagai daerah di Indonesia dan menjadi salah satu hidangan khas Lebaran yang tak pernah absen di meja tamu.
BACA JUGA:Kue Serabi : Kelezatan Tradisional yang Tetap Memikat Generasi Baru
BACA JUGA:Kue Apem : Tradisi Manis yang Tetap Eksis di Tengah Perubahan Zaman
Dosen Sejarah Budaya Universitas Indonesia, Dr. Nurhayati S., menyebutkan bahwa keberadaan kue biji ketapang mencerminkan kearifan lokal masyarakat Betawi dalam memanfaatkan bahan-bahan sederhana menjadi pangan yang tahan lama.
“Dulu bahan makanan sulit didapat dan harus hemat. Maka dibuatlah kue-kue kering seperti biji ketapang, yang bisa disimpan dalam toples selama berminggu-minggu tanpa basi,” ujarnya.
Keistimewaan kue biji ketapang juga terletak pada kesederhanaan bahan dan proses pembuatannya.