PALPOS.ID – Sayur kelor, tanaman yang dulu sering dianggap biasa saja dan hanya tumbuh liar di pekarangan rumah, kini mulai mendapat sorotan sebagai superfood yang kaya manfaat.
Dengan nama ilmiah Moringa oleifera, daun kelor dikenal memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi, bahkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebut sebagai “miracle tree” atau pohon ajaib.
Di Indonesia, kelor bukanlah tanaman asing. Ia tumbuh subur di berbagai daerah seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi, dan Jawa Timur.
Namun, selama bertahun-tahun, keberadaan tanaman ini kurang mendapat perhatian yang layak.
BACA JUGA:Ayam Goreng Bawang Putih : Hidangan Sederhana yang Jadi Favorit Baru di Meja Makan Indonesia
BACA JUGA:Mengenal Bakmie Bangka : Keunikan Rasa yang Menggugah Selera
Masyarakat lokal umumnya menggunakannya sebagai bahan sayuran bening atau campuran sup.
Padahal, penelitian demi penelitian menunjukkan bahwa daun kelor memiliki kandungan vitamin C tujuh kali lebih banyak dari jeruk, kalsium empat kali lebih banyak dari susu, dan potasium tiga kali lebih banyak dari pisang.
Dr. Rina Hartati, ahli gizi dari Universitas Gadjah Mada, menyatakan bahwa konsumsi rutin daun kelor dapat membantu mencegah berbagai penyakit degeneratif.
“Daun kelor mengandung antioksidan kuat seperti quercetin dan klorogenik acid. Kedua zat ini membantu mengurangi tekanan darah dan menstabilkan kadar gula darah,” jelasnya.
BACA JUGA:Soto Banjar : Kuliner Khas Kalimantan Selatan yang Menggoda Lidah Nusantara
BACA JUGA:Ayam Cincane : Warisan Kuliner Khas Kalimantan Timur yang Kian Mendunia
Tidak hanya itu, daun kelor juga dikenal memiliki efek antiradang, antibakteri, dan antijamur.
Kandungan protein yang tinggi menjadikan kelor sebagai sumber nutrisi alternatif yang ideal, terutama bagi masyarakat yang kekurangan asupan protein hewani.
Salah satu pemanfaatan kelor yang kini mendapat perhatian adalah perannya dalam menanggulangi gizi buruk, terutama di daerah-daerah tertinggal.