Pemanfaatan sebagian dari saldo ini dinilai strategis untuk mendukung pembiayaan defisit, menutup berbagai kewajiban pemerintah, dan memastikan belanja prioritas tetap berjalan tanpa menambah beban utang yang terlalu besar.
BACA JUGA:Dana Pembangunan IKN Nusantara Sudah Mencapai Rp167 Triliun: Ternyata 49 Persen Berasal dari APBN
BACA JUGA:Pemerintah Bakal Lakukan Efisiensi Anggaran Perjalanan Dinas dan Rapat ASN pada RAPBN 2025
Strategi Kurangi Tekanan Fiskal
Dengan memanfaatkan SAL, pemerintah berharap dapat menjaga keseimbangan fiskal di tengah tantangan penerimaan negara yang sulit digenjot. Kebijakan ini juga diharapkan dapat menekan laju penerbitan SBN sehingga mengurangi tekanan terhadap pasar keuangan domestik.
“Dengan penggunaan SAL, ini akan membantu menjaga keseimbangan fiskal dan mengurangi tekanan terhadap pembiayaan melalui surat berharga negara,” imbuh Sri Mulyani.
Namun demikian, tingginya defisit ini menjadi perhatian serius. Apalagi dengan tren kenaikan bunga global, beban bunga utang Indonesia diperkirakan juga akan meningkat. Ini menjadi PR besar bagi pemerintah untuk memastikan fiskal tetap sehat, menjaga kepercayaan investor, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sejumlah ekonom mengingatkan agar pemerintah mulai merancang program optimalisasi penerimaan pajak serta efisiensi belanja agar beban APBN tidak terus melebar. Di sisi lain, berbagai program strategis nasional harus tetap dijaga agar tidak menghambat pembangunan dan pelayanan publik.
Ke depan, masyarakat akan terus memantau bagaimana strategi pemerintah menutup defisit tanpa menimbulkan masalah baru bagi APBN maupun perekonomian nasional.