Bau Peapi : Cita Rasa Asam Pedas Khas Sulawesi Selatan Yang Menggugah Selera

Rabu 09-07-2025,09:45 WIB
Reporter : Dahlia
Editor : Rhyca

PALPOS.ID  Di tengah kekayaan kuliner Nusantara yang begitu beragam, Sulawesi Selatan menyimpan satu sajian tradisional yang kian mencuri perhatian para pencinta kuliner: Bau Peapi.

Hidangan berkuah asam pedas berbahan dasar ikan ini merupakan masakan khas masyarakat Bugis dan Makassar yang tidak hanya menggugah selera, tetapi juga sarat akan nilai budaya dan kearifan lokal.

 

Nama “Bau Peapi” sendiri berasal dari bahasa Bugis, di mana “bau” berarti ikan, dan “peapi” merujuk pada cara memasaknya dengan bumbu khas yang menghasilkan cita rasa asam pedas yang segar.

Biasanya, ikan yang digunakan adalah ikan laut seperti ikan bandeng, kakap merah, atau cakalang.

BACA JUGA:Batagor Daging : Inovasi Kuliner Khas Bandung yang Lezat dan Bergizi

BACA JUGA:Batagor, Kudapan Legendaris Khas Bandung yang Menembus Pasar Nasional

Namun, tidak jarang pula masyarakat menggunakan ikan air tawar sesuai dengan ketersediaan lokal.

 

Salah satu kekuatan utama Bau Peapi terletak pada perpaduan bumbu rempah-rempah tradisional.

Bumbu dasar biasanya terdiri dari bawang merah, bawang putih, cabai rawit, kunyit, jahe, lengkuas, serta asam jawa atau belimbing wuluh sebagai bahan utama pemberi rasa asam.

Semua bahan ini dihaluskan dan ditumis sebelum dimasak bersama potongan ikan hingga meresap ke dalam daging.

BACA JUGA:Ubi Cilembu : Si Manis dari Tanah Priangan yang Mendunia

BACA JUGA:Geco : Kuliner Khas Cirebon yang Unik, Lezat, dan Sarat Filosofi

 

Yang membedakan Bau Peapi dari masakan asam pedas di daerah lain adalah karakter rasanya yang seimbang: tidak terlalu pedas, namun tetap menyengat; tidak terlalu asam, namun menyegarkan.

Tambahan daun kemangi dan irisan tomat membuat kuahnya semakin wangi dan kaya rasa.

Tak heran jika banyak orang menyebut Bau Peapi sebagai makanan yang cocok dinikmati kapan saja, terutama saat cuaca dingin atau musim hujan.

 

“Setiap kali saya pulang kampung ke Bone, ibu saya pasti memasakkan Bau Peapi.

BACA JUGA:Kerak Telor : Makanan Khas Jakarta yang Kian Melambung

BACA JUGA: Gatang Kenari, Kuliner Tradisional Maluku yang Semakin Diburu Wisatawan

Rasanya selalu bikin rindu rumah,” ujar Andi Fitriani, seorang warga Makassar yang kini tinggal di Jakarta.

“Apalagi kalau dimakan dengan nasi panas dan sambal terasi, rasanya sempurna!”

 

Meski memiliki potensi besar sebagai ikon kuliner Sulawesi Selatan, Bau Peapi masih kalah populer dibandingkan makanan khas lainnya seperti Coto Makassar atau Konro.

Salah satu alasannya adalah karena hidangan ini lebih sering dimasak di rumah dan belum banyak dijajakan di restoran atau rumah makan modern.

 

Namun, sejumlah komunitas kuliner dan pelestari budaya lokal mulai mengambil langkah untuk memperkenalkan kembali Bau Peapi ke khalayak luas.

Salah satunya adalah Komunitas Pappaseng, yang rutin menggelar kelas memasak dan festival kuliner khas Bugis-Makassar setiap tahunnya.

 

“Bau Peapi adalah simbol dari masakan rumahan Bugis yang sarat makna.

Ia mencerminkan kesederhanaan, kebersamaan, dan kelezatan yang turun-temurun,” jelas Nurhaliza Daeng Matta, ketua komunitas tersebut.

“Lewat festival ini, kami ingin mengajak generasi muda untuk tidak melupakan masakan warisan leluhur mereka.”

 

Potensi Bau Peapi sebagai daya tarik wisata kuliner sebenarnya cukup besar.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah restoran di Makassar mulai memasukkan menu ini sebagai bagian dari sajian tradisional mereka.

Bahkan, beberapa hotel berbintang pun telah menyajikan Bau Peapi dalam paket “traditional lunch” mereka untuk tamu lokal dan mancanegara.

 

Salah satu restoran yang sukses mengangkat Bau Peapi adalah Dapoer Bugis yang terletak di kawasan Panakkukang, Makassar.

Menurut pemiliknya, Rudi Syamsuddin, pengunjung dari luar daerah kerap penasaran mencicipi hidangan ini setelah mendengar rekomendasi dari teman atau media sosial.

 

“Yang menarik, wisatawan asing juga mulai tertarik dengan masakan ini karena rasanya unik dan berbeda dari sup ikan pada umumnya.

Mereka bilang rasanya seperti Tom Yum, tapi lebih ringan dan harum,” ujar Rudi.

 

Tak hanya sebagai sajian tradisional, Bau Peapi juga mulai dilirik sebagai peluang usaha.

Beberapa pelaku UMKM di Sulawesi Selatan telah mengembangkan versi instan dari bumbu Bau Peapi yang dikemas dalam botol atau sachet.

Dengan begitu, siapa pun kini bisa memasak Bau Peapi di rumah, meski tidak tinggal di Sulawesi Selatan.

 

Salah satunya adalah merek lokal bernama “Peapi Mama”, yang memproduksi bumbu siap pakai dan menjualnya secara daring.

Menurut pengelolanya, pemesanan datang dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan dari luar negeri seperti Malaysia dan Singapura, di mana banyak diaspora Bugis merindukan cita rasa kampung halaman.

 

 

 

Bau Peapi bukan sekadar makanan, tetapi juga bagian dari identitas dan kebudayaan Bugis-Makassar.

Keunikan rasanya dan nilai historisnya menjadikan masakan ini layak mendapatkan tempat di panggung kuliner nasional, bahkan internasional.

Dengan promosi yang tepat dan pelestarian yang konsisten, Bau Peapi berpeluang menjadi kuliner unggulan yang membanggakan Indonesia.

Kategori :