Banyak keluarga menyantap sup ini setiap pagi sebagai sarapan, bersama nasi dan ikan panggang.
Filosofi Jepang yang dikenal sebagai ichiju-sansai—satu sup dan tiga lauk—menekankan keseimbangan nutrisi yang sering kali berpusat pada sup miso.
“Sup miso adalah rasa rumah,” ujar Keiko Nakamura, seorang ibu rumah tangga di Osaka.
“Anak-anak saya mungkin makan makanan Barat di luar, tapi begitu mencicipi sup miso buatan saya, mereka tahu mereka pulang.”
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat global terhadap makanan sehat, sup miso diprediksi akan terus berkembang.
Beberapa inovasi mulai bermunculan, seperti sup miso vegan tanpa dashi berbahan ikan, hingga produk instan yang ramah lingkungan.
Para ahli gizi dan pencinta kuliner juga mulai mengeksplorasi kolaborasi antara miso dan bahan lokal dari berbagai negara.
Di Indonesia, muncul ide untuk mencampurkan tempe sebagai alternatif isi sup, menciptakan kombinasi unik yang menggabungkan fermentasi kedelai dari dua budaya.
Miso soup bukan sekadar sup. Ia adalah manifestasi dari sejarah, budaya, dan kesehatan.