2. Harga Tidak Kompetitif
Di Taiwan, harga Suzuki Saluto berada di kisaran Rp 40 jutaan jika dikonversi ke rupiah.
Padahal di Indonesia, Honda Scoopy dijual di kisaran Rp 22-24 juta dan Yamaha Fazzio sekitar Rp 22-25 juta.
BACA JUGA:Suzuki Let’s 2026 Masih Diproduksi, Apa Keunggulan Skutik Retro Ringan Ini?
BACA JUGA:Suzuki Intruder 150: Cruiser Murah yang Berakhir Tragis dengan Nol Penjualan
Selisih harga ini sangat besar dan hampir mustahil untuk diterima oleh konsumen Indonesia yang terkenal sensitif terhadap harga.
Jika Suzuki ingin memasukkan Saluto, mereka harus merakit lokal (CKD) untuk memangkas biaya. Namun dengan volume penjualan Suzuki yang kecil di Indonesia, strategi ini akan sulit diwujudkan.
3. Suzuki Indonesia Lebih Fokus ke Produk Entry Level
Suzuki di Indonesia belakangan lebih fokus pada segmen entry level dengan harga terjangkau, seperti Nex II dan Address Playful. Keduanya menyasar konsumen yang menginginkan motor harian murah, irit, dan praktis.
BACA JUGA:Harga Mulai Rp245 Juta, Chery iCar V23 Retro Edition Tantang Jimny EV dengan Gaya Retro
BACA JUGA:Chery Tiggo Cross CSH Tantang Daihatsu Rocky Hybrid, Siapa Lebih Unggul?
Membawa masuk Saluto yang lebih mahal justru akan membebani strategi mereka, karena pasar Suzuki di Indonesia belum cukup besar untuk menopang model premium skutik retro.
4. Risiko Kalah Bersaing dengan Produk Lokal dan Motor Listrik
Selain Honda dan Yamaha, kini pasar Indonesia juga mulai dipenuhi merek motor listrik seperti Gesits, Selis, dan Polytron.
Segmen retro bahkan sudah disentuh motor listrik dengan harga lebih murah dibandingkan motor bensin impor seperti Saluto.
BACA JUGA:Inilah BYD Yangwang U9, Supercar Listrik yang Bisa Menari dan Melompat