PALPOS.ID – Musim bermain layangan ternyata membawa berkah tersendiri bagi para pedagang musiman di Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan.
Salah satunya dirasakan Adi (46), warga Jalan Depati Said, Kelurahan Linggau Ulu, Kecamatan Lubuklinggau Barat I, Kota Lubuklinggau yang sudah bertahun-tahun menjadi produsen sekaligus penjual layangan.
Setiap sore hingga malam hari, Adi membuka lapak di depan Taman Makam Pahlawan (TMP) Patria Bukit Sulap, Kelurahan Tapa Lebar, Lubuklinggau Barat II.
Lapak layangan Adi tampak ramai didatangi anak-anak hingga orang dewasa yang ingin membeli layangan.
BACA JUGA:Kejari Lubuklinggau Selesaikan 7 Kasus Lewat RJ, Siap Kembangkan Program Pembinaan
BACA JUGA:Bilal Muslimin Diciduk Tim Macan Linggau, Ini Kasus yang Menjeratnya!
Beragam jenis layangan dijual dengan harga bervariasi, sesuai dengan tipe, besar kecil dan kerangka yang digunakan.
Beberapa tipe atau variasi layangan yang dijual layangan ikan, layangan dare (layangan berekor) ada juga layangan dengung (dapat menimbulkan suara bila dimainkan).
"Harga tertinggi itu layangan dengung berkisar dari Rp60 ribu hingga Rp100 ribu," ungkap Adi dijumpai disela-sela aktivitas jualannya depan TPU Patria Bukit Sulap, Jumat 29 Agustus 2025.
Untuk jenis layangan ikan dan dare, Adi mematok harga terendah Rp20 ribu hingga Rp40 ribu.
BACA JUGA:Sepekan Menghilang, Paby Lubuklinggau Ditemukan Tak Sengaja oleh Bu Guru Irti
BACA JUGA:Tega Peras dan Ancam Ibu Kandung, Salam Mubarokah Kembali Tersandung Hukum
Adi mengaku, pekerjaan ini hanya ditekuni saat musim layangan tiba, biasanya pada pertengahan tahun hingga masuk musim hujan.
Saat tidak musim, ia beralih mencari penghasilan lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Alhamdulillah omzet yang didapat perhari berkisar Rp100 hingga Rp200 ribu," ujar Adi.
Menurutnya, antusiasme masyarakat terhadap permainan tradisional ini masih cukup tinggi, meski gempuran gadget semakin kuat di kalangan anak-anak.
BACA JUGA:Disuruh Beli Kertas Karton: Bocah 10 Tahun Menghilang, Sepekan Tak Kunjung Kembali
BACA JUGA:Layanan Samsat Lubuklinggau Dikeluhkan Warga, Ini Penjelasan Kepala UPTB !
“Masih banyak yang suka main layangan, apalagi kalau sore anginnya bagus. Kadang orang tua juga ikut beli, sekadar nostalgia,” tambahnya sambil merapikan deretan layangan yang dipajang.
Sementara itu, A Safari, mengaku membeli layangan untuk anaknya bermain.
"Kebetulan di dekat rumah ada lahan kosong, jadi anak bisa bermain aman tidak di jalan menganggu kendaraan yang melintas," ujarnya.
Hal itu dikatakan Safari dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengalihkan perhatian sang anak dari gadget.
"Yang penting anak bisa lepas dari gedjet, bermain dilokasi yang aman atau tidak di jalan yang dapat membahayakan anak dan pengguna jalan lainnya," terang Safari. (yat)