PALPOS.ID - Tomyam, sup pedas dan asam khas Thailand, semakin mendapat tempat di hati pecinta kuliner Indonesia.
Dikenal dengan aroma rempah yang kuat dan rasa yang menggugah selera, hidangan ini kini tak hanya dijumpai di restoran Thailand, tetapi juga di berbagai warung makan, food court, hingga usaha rumahan yang berkembang lewat media sosial.
Tomyam (atau sering juga ditulis Tom Yum) berasal dari dua kata dalam bahasa Thailand: “Tom” yang berarti merebus, dan “Yam” yang merujuk pada jenis salad Thailand dengan rasa asam dan pedas.
Gabungan keduanya menghasilkan sup berkuah bening atau merah yang kaya akan cita rasa dan menjadi simbol masakan Thailand di mata dunia.
BACA JUGA:Chicken Wings : Camilan Favorit Dunia yang Terus Berevolusi
BACA JUGA:Ikan Baung Asam Padeh, Kuliner Tradisional yang Bangkitkan Selera Nusantara
Salah satu daya tarik utama tomyam adalah perpaduan rasa yang kompleks namun harmonis: asam dari air jeruk nipis, pedas dari cabai, gurih dari kaldu udang atau ayam, serta aroma khas dari serai, daun jeruk purut, dan lengkuas.
Bahan-bahan ini tidak hanya memberikan rasa yang lezat, tetapi juga dipercaya memiliki manfaat kesehatan, seperti meningkatkan kekebalan tubuh dan memperlancar pencernaan.
Di Thailand sendiri, terdapat beberapa variasi tomyam, di antaranya Tom Yum Goong (tomyam udang), Tom Yum Gai (tomyam ayam), dan Tom Yum Talay (tomyam seafood).
Versi kuah bening disebut Tom Yum Nam Sai, sementara versi kuah merah yang menggunakan pasta cabai dan susu evaporasi disebut Tom Yum Nam Khon.
BACA JUGA:Ramen : Mi Kuah Jepang Yang Mendunia, Dari Warung Kecil Hingga Restoran Bintang
BACA JUGA:Tteokbokki : Cita Rasa Pedas Manis yang Mengglobal
Namun, seiring penyebarannya ke berbagai negara termasuk Indonesia, tomyam mengalami berbagai penyesuaian sesuai dengan selera lokal.
Di Indonesia, banyak pedagang menambahkan mi instan, bakso, tahu, dan bahan pelengkap lainnya untuk memberikan sentuhan lokal yang lebih familiar.
Dalam dua tahun terakhir, pencarian kata “tomyam” meningkat drastis di platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube.
Banyak konten kreator makanan membagikan resep tomyam versi rumahan atau merekomendasikan tempat makan tomyam terenak di kota mereka.
BACA JUGA:Seafood Saus Padang : Kuliner Nusantara yang Menggoda Selera
BACA JUGA:Gurita Saus Padang : Hidangan Eksotis yang Menggoda Selera
Tidak sedikit pula UMKM kuliner yang menjadikan tomyam sebagai menu andalan, baik dalam bentuk frozen food maupun makanan siap saji.
Contohnya, usaha kuliner rumahan “Tomyam Mamak” di Bekasi yang berhasil menjual lebih dari 2.000 porsi tomyam per bulan hanya melalui sistem pre-order online.
Pemiliknya, Nita Amelia (32), mengatakan bahwa inovasi dan cita rasa autentik menjadi kunci kesuksesannya.
“Awalnya hanya coba-coba jual ke teman kantor. Ternyata banyak yang suka.
Akhirnya kami kembangkan varian seperti tomyam mi, tomyam seafood, sampai tomyam kuah susu yang lagi viral,” ujar Nita.
Melihat popularitas tomyam yang terus meningkat, banyak pelaku bisnis kuliner mulai melirik potensi besar dari menu ini.
Restoran cepat saji maupun kafe kekinian mulai memasukkan tomyam sebagai salah satu menu utama.
Bahkan beberapa franchise besar mulai menawarkan paket kemitraan khusus tomyam.
Menurut data dari Asosiasi Kuliner Nusantara, permintaan terhadap bahan baku seperti serai, daun jeruk, dan pasta tomyam impor meningkat hingga 35% sejak 2023.
Hal ini menunjukkan bahwa permintaan pasar terhadap hidangan khas Thailand ini terus tumbuh, tidak hanya di kota besar, tetapi juga di daerah-daerah.
Selain itu, sektor pendidikan kuliner juga mulai memperkenalkan tomyam dalam kurikulum mereka.
Sekolah-sekolah memasak di Jakarta dan Bandung, misalnya, rutin mengadakan kelas memasak masakan Asia Tenggara, termasuk tomyam, sebagai bentuk adaptasi terhadap tren dan kebutuhan pasar.
Meski berasal dari luar negeri, tomyam terbukti mampu diterima dengan baik oleh lidah orang Indonesia.
Bahkan, beberapa kreasi baru yang menggabungkan tomyam dengan cita rasa lokal mulai bermunculan.
Contohnya seperti tomyam ceker mercon, tomyam sambal ijo, hingga tomyam seblak.
Chef Dede Gunawan, seorang pakar kuliner Asia Tenggara, mengatakan bahwa keberhasilan tomyam di Indonesia adalah contoh bagaimana makanan lintas budaya dapat diterima dan diadaptasi dengan baik.
“Orang Indonesia suka rasa kuat dan pedas, jadi tomyam sangat cocok.
Bahkan, beberapa orang lebih suka tomyam versi Indonesia karena lebih ‘nendang’ di lidah,” ungkap Chef Dede.
Kehadiran tomyam dalam dunia kuliner Indonesia tidak hanya menjadi simbol tren makanan asing yang diterima masyarakat, tetapi juga menunjukkan keterbukaan budaya dan kreativitas dalam mengolah rasa.
Dari restoran mewah hingga kaki lima, tomyam kini bukan sekadar makanan, melainkan bagian dari gaya hidup dan identitas kuliner yang terus berkembang.
Dengan potensi yang terus meningkat, tidak menutup kemungkinan tomyam akan menjadi salah satu hidangan “populer sepanjang masa” di Indonesia, sejajar dengan makanan-makanan khas lokal yang telah lebih dulu dikenal luas.