Ayam Goreng Pedas : Hidangan Favorit Nusantara Yang Menggoda Lidah

Senin 15-09-2025,10:11 WIB
Reporter : Dahlia
Editor : Rhyca

PALPOS.ID - Kuliner Indonesia memang tidak pernah ada habisnya. Setiap daerah memiliki cita rasa khas yang unik dan menggugah selera.

Salah satu hidangan yang semakin digemari berbagai kalangan adalah Ayam Goreng Pedas—menu sederhana namun penuh sensasi yang kini menjelma menjadi primadona di banyak meja makan, warung makan, hingga restoran berbintang.

 

 

Ayam goreng memang bukan makanan baru. Namun, dengan sentuhan sambal pedas yang khas, hidangan ini mendapat tempat istimewa di hati para pencinta makanan pedas.

Ayam goreng pedas menggabungkan kerenyahan ayam goreng dengan siraman sambal cabai rawit, bawang merah, bawang putih, tomat, dan berbagai rempah-rempah pilihan.

BACA JUGA:MI CHILI OIL : Sensasi Pedas yang Menggoda, Produk Mi Instan Viral Asli Indonesia

BACA JUGA:Mie Gacoan : Strategi Jitu di Balik Kesuksesan Kuliner Pedas Kekinian

Rasanya menggigit, gurih, pedas, dan nikmat—sebuah perpaduan sempurna yang memanjakan lidah.

 

Chef Yuni Kartika, seorang koki profesional dan pemilik usaha kuliner “Dapur Nusantara”, mengungkapkan bahwa ayam goreng pedas adalah menu favorit para pelanggan.

“Kami awalnya hanya menyajikan ayam goreng biasa, tapi sejak menambahkan sambal khas dengan level pedas berbeda, permintaan meningkat tajam. Pelanggan suka tantangan rasa pedas yang menggigit, tapi tetap lezat,” ujarnya saat ditemui di Jakarta.

 

 

Menariknya, ayam goreng pedas tidak memiliki satu resep baku. Setiap daerah memiliki versinya masing-masing.

BACA JUGA:Ayam Lodho : Cita Rasa Tradisional Tulen dari Tanah Jawa Timur yang Kian Diminati

BACA JUGA:Pentol Pedas : Camilan Jalanan yang Makin Digemari Semua Kalangan

Di Jawa Barat, ayam goreng pedas sering disajikan dengan sambal hijau atau sambal bawang yang pedasnya tajam.

Sementara itu, di Sumatra, ayam goreng balado menjadi versi paling terkenal—diselimuti sambal merah yang kaya akan rasa tomat dan cabai.

 

Di Kalimantan, ada ayam goreng sambal serai yang wangi dan menggoda.

Sedangkan di Sulawesi, ayam rica-rica menjadi versi lokal yang sangat populer. Rica-rica sendiri berarti “pedas” dalam bahasa Manado.

BACA JUGA:Bakso Aci : Kuliner Khas Garut yang Kini Mendunia

BACA JUGA:Resep Ikan Mujair Goreng Sambal Seruit, Hidangan Tradisional yang Menggugah Selera

Daging ayam dimasak dengan bumbu rica hingga meresap dan terasa pedas dari luar hingga ke dalam.

 

“Keunikan ayam goreng pedas ada pada kreativitas masyarakat Indonesia.

Kita bisa menemukan puluhan varian sambal yang cocok dipadukan dengan ayam goreng,” jelas Dr. Intan Mayasari, dosen kuliner tradisional di Universitas Gadjah Mada.

 

 

Popularitas ayam goreng pedas tidak hanya berdampak di ranah kuliner rumahan, tetapi juga membuka peluang usaha yang menggiurkan.

Banyak UMKM, pedagang kaki lima, hingga franchise waralaba mulai menjadikan ayam goreng pedas sebagai menu utama mereka.

 

Menurut data dari Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf), usaha kuliner menyumbang sekitar 41% dari total industri kreatif Indonesia, dan ayam goreng—terutama yang versi pedas—menjadi salah satu produk kuliner yang paling laris.

Penjualannya stabil karena menggunakan bahan yang mudah diperoleh, proses pengolahan yang relatif cepat, dan tingkat permintaan yang tinggi dari konsumen.

 

Salah satu contohnya adalah usaha “Ayam Pedas Mamak” milik Aditya Ramadhan di Yogyakarta.

Ia memulai usahanya dengan modal hanya Rp 3 juta, menjual ayam goreng pedas dari rumah secara daring.

Dalam waktu 6 bulan, usahanya berkembang hingga memiliki dua gerai fisik.

 

“Kuncinya ada di sambal. Saya buat sambal dengan 30 cabai rawit, tapi tetap enak dimakan. Pedasnya nampol, tapi nagih. Sekarang kami jual rata-rata 200 porsi per hari,” ujar Aditya.

 

 

Meski memiliki banyak penggemar, tidak semua orang cocok dengan tingkat kepedasan tinggi.

Beberapa konsumen mengeluhkan perut tidak nyaman atau gejala maag setelah mengonsumsi ayam goreng super pedas.

Karena itu, banyak penjual yang kini menyediakan pilihan tingkat kepedasan, mulai dari level 1 hingga level 10.

 

“Sebagai pelaku usaha, kita harus peka terhadap kondisi konsumen. Memberikan pilihan level pedas adalah bentuk pelayanan agar semua orang bisa menikmati,” kata Chef Yuni.

 

Ahli gizi, dr. Hendra Gunawan, menambahkan bahwa mengonsumsi makanan pedas secara berlebihan dapat memicu masalah pencernaan, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat asam lambung.

“Cabai mengandung capsaicin yang dapat merangsang produksi asam lambung. Sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah wajar dan tidak berlebihan,” jelasnya.

 

Di era digital seperti sekarang, ayam goreng pedas juga menjadi konten populer di media sosial.

Banyak food vlogger, YouTuber, dan TikToker membuat konten mencicipi ayam goreng pedas level ekstrem.

Tantangan “Ayam Pedas Level 10” menjadi viral di berbagai platform, menambah popularitas makanan ini.

 

Salah satu video yang viral adalah dari akun TikTok @makancuy, yang mencoba ayam goreng pedas level 10 di sebuah warung di Bandung.

Video tersebut ditonton lebih dari 2 juta kali dalam seminggu. “Pedas banget, tapi enak parah!” komentar salah satu netizen.

 

Fenomena ini tidak hanya meningkatkan popularitas ayam goreng pedas, tetapi juga mendorong warung makan untuk lebih kreatif dalam menawarkan pengalaman makan yang unik dan menarik perhatian generasi muda.

 

 

Ayam goreng pedas bukan sekadar makanan, tapi juga bagian dari budaya kuliner Indonesia yang terus berkembang. Dengan cita rasa yang berani dan fleksibilitas dalam penyajian, hidangan ini mampu memikat berbagai lapisan masyarakat.

Baik sebagai makanan rumahan, menu restoran, hingga ladang bisnis yang menjanjikan, ayam goreng pedas terus menunjukkan bahwa makanan tradisional Indonesia tidak kalah saing dengan kuliner internasional.

 

Dan bagi para pecinta pedas, satu hal yang pasti—sekali mencoba ayam goreng pedas, lidah akan terus mencari sensasi menggoda yang tiada duanya.

Kategori :