Kolak Pisang : Sajian Tradisional yang Tetap Hangat di Hati Masyarakat Indonesia

Kamis 02-10-2025,10:36 WIB
Reporter : Dahlia
Editor : Rhyca

PALPOS.ID - Di tengah gempuran makanan modern dan tren kuliner luar negeri, kolak pisang tetap menjadi primadona di hati masyarakat Indonesia.

Makanan tradisional yang satu ini tak hanya menggugah selera, tetapi juga membawa nostalgia akan suasana rumah, kebersamaan keluarga, dan momen-momen khas bulan Ramadan.

Kolak pisang adalah hidangan penutup yang terbuat dari pisang yang direbus bersama santan dan gula merah.

Di beberapa daerah, kolak juga ditambahkan dengan bahan lain seperti ubi, singkong, labu kuning, atau kolang-kaling.

BACA JUGA:Pisang Goreng Madu : Inovasi Camilan Tradisional yang Melejitkan UMKM Lokal

BACA JUGA:Mango Sticky Rice : Hidangan Manis Thailand yang Mendunia dan Mencuri Perhatian Dunia Kuliner

Rasanya yang manis, teksturnya yang lembut, serta aroma khas daun pandan menjadikan kolak pisang sebagai sajian yang menenangkan.

Menurut sejumlah catatan sejarah kuliner Nusantara, kolak sudah dikenal sejak zaman kolonial Belanda.

Meskipun belum ditemukan bukti tertulis yang akurat tentang asal-usulnya, banyak pakar kuliner yang meyakini bahwa kolak berkembang dari kebiasaan masyarakat Jawa yang menyukai makanan manis.

Gula kelapa yang melimpah kala itu menjadi bahan utama dalam berbagai olahan, termasuk kolak.

BACA JUGA:Nagasari : Kelezatan Tradisional yang Menyatu dengan Budaya Nusantara

BACA JUGA:Dadar Gulung : Penganan Tradisional yang Tetap Eksis di Tengah Gempuran Makanan Modern

Dalam tradisi Jawa, kolak bukan sekadar makanan, melainkan simbol. Pisang yang digunakan biasanya jenis pisang kepok atau raja nangka yang bertekstur padat dan manis.

Santan melambangkan kesucian dan keikhlasan, sedangkan gula merah merepresentasikan manisnya kehidupan.

Karena itulah, kolak sering disajikan dalam acara-acara penting seperti selamatan, kenduri, hingga berbuka puasa di bulan Ramadan.

Bagi banyak orang Indonesia, Ramadan belum lengkap tanpa kehadiran kolak pisang di meja buka puasa.

BACA JUGA:Ketan Susu, Camilan Tradisional yang Kembali Naik Daun di Tengah Gempuran Makanan Modern

BACA JUGA:Pisang Goreng Crispy Keju : Jajanan Tradisional yang Naik Kelas

Kombinasi rasa manis dan gurihnya dipercaya mampu mengembalikan energi tubuh setelah seharian berpuasa.

Lina Maharani, seorang ibu rumah tangga di Bekasi, mengaku selalu menyiapkan kolak pisang di hari pertama Ramadan.

“Rasanya bikin tenang. Anak-anak juga suka. Ini semacam tradisi yang selalu kami pertahankan,” ujar Lina saat ditemui di Pasar Rawalumbu.

Ia juga menambahkan bahwa meskipun sekarang banyak jajanan kekinian, kolak tetap menjadi pilihan utama karena mudah dibuat dan bahan-bahannya murah.

Meski berakar dari tradisi, kolak pisang terus bertransformasi mengikuti selera zaman.

Kini, banyak kedai kopi, restoran, hingga hotel bintang lima yang menyajikan kolak pisang dengan tampilan dan rasa yang lebih modern.

Beberapa di antaranya menghidangkan kolak dingin dengan es krim vanilla di atasnya.

Ada juga yang menambahkan topping granola atau buah-buahan eksotis seperti kiwi dan stroberi.

Bahkan, beberapa chef mengganti santan dengan susu almond atau oat milk agar lebih ramah bagi mereka yang vegan atau intoleran terhadap laktosa.

Chef Dian Ardiawan dari sebuah restoran fusion di Jakarta Selatan mengatakan bahwa kolak pisang bisa dikreasikan tanpa menghilangkan jati dirinya.

“Yang penting kita tetap menjaga rasa dasar dan aroma khasnya. Sisanya bisa dimainkan sesuai kreativitas,” ungkap Dian.

Di sisi lain, kolak pisang juga membuka peluang usaha bagi pelaku UMKM, terutama selama bulan Ramadan.

Banyak pedagang musiman yang menjajakan kolak di pinggir jalan, pasar kaget, atau melalui aplikasi ojek daring.

Siti Rahma, seorang penjual kolak di kawasan Depok, mengaku bisa meraup keuntungan hingga dua kali lipat selama Ramadan.

“Biasanya saya jual dari jam tiga sore. Menjelang maghrib, udah habis,” katanya.

Ia menjual kolak dalam kemasan mangkuk plastik dengan harga mulai dari Rp10.000.

Tak hanya kolak pisang, ia juga menawarkan variasi seperti kolak ubi dan kolak biji salak.

Menurut data dari Kementerian Koperasi dan UKM, penjualan makanan tradisional seperti kolak meningkat signifikan selama Ramadan, menyumbang hingga 20% dari total omzet pelaku UMKM kuliner.

Di tengah era globalisasi ini, mempertahankan keberadaan kolak pisang bukanlah perkara mudah.

Banyak generasi muda yang mulai melupakan makanan tradisional karena dianggap kuno atau tidak menarik secara visual.

Namun upaya pelestarian terus dilakukan. Beberapa sekolah memasukkan pembuatan kolak dalam pelajaran prakarya. Festival makanan tradisional juga kerap menampilkan kolak sebagai ikon kuliner lokal.

Lembaga kebudayaan bahkan mendorong agar kolak pisang bisa didaftarkan sebagai warisan budaya tak benda, sebagaimana rendang dan tempe.

“Ini bukan hanya soal makanan, tapi identitas bangsa,” kata Budiman Kartodihardjo, pengamat budaya kuliner.

Bagi yang ingin mencoba membuat kolak pisang sendiri di rumah, berikut resep singkatnya:

Bahan:

6 buah pisang kepok matang, potong-potong.

500 ml santan dari 1/2 butir kelapa.

150 gram gula merah, serut.

2 lembar daun pandan, ikat simpul.

1/2 sdt garam.

Air secukupnya.

Cara membuat:

Rebus gula merah dengan sedikit air hingga larut, saring.

Masukkan santan, daun pandan, dan garam ke dalam panci. Masak dengan api kecil sambil terus diaduk.

Tambahkan pisang dan air gula. Masak hingga pisang empuk dan kuah agak mengental.

Sajikan hangat atau dingin sesuai selera.

Kolak pisang bukan sekadar makanan penutup. Ia adalah warisan, kenangan, dan pengikat generasi.

Di balik kesederhanaannya, kolak menyimpan cerita panjang tentang budaya, kebersamaan, dan rasa cinta terhadap tanah air.

Selama masih ada dapur yang mengepul dan tangan-tangan hangat yang meraciknya, kolak pisang akan tetap hidupbukan hanya di lidah, tapi juga di hati rakyat Indonesia.

Kategori :